Liputan6.com, Paris - Hari ini 58 tahun yang lalu, sebuah pengadilan militer di Paris menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada pemimpin ekstremis Secret Army Organisation (OAS). Mantan jenderal Raoul Salan pun menangis, tersenyum dan kemudian tertawa lega.
Mengutip laporan BBC on This Day, Raoul Salan sejatinya terancam hukuman mati karena memimpin sebuah organisasi yang menentang keras kemerdekaan Aljazair. Sosok yang melakukan aksi terorisme di Prancis dalam beberapa tahun terakhir sebelum penangkapannya.
Advertisement
Panel sembilan hakim di Palais de Justice bahkan telah menyatakannya bersalah atas lima tuduhan berat, termasuk merencanakan kudeta yang gagal di Aljazair pada April 1961.
Tetapi yang mengejutkan semua orang, hakim ketua mengumumkan ada "keadaan yang meringankan" di sekitar kasus Raoul Salan.
Pengacara Salan kemudian memeluknya, dan masyarakat yang hadir di ruang sidang nan ramai menyanyikan lagu Marseillaise atau berteriak "Algerie Francaise!".
Tidak ada upaya untuk memulihkan ketertiban di ruang sidang. Para hakim akhirnya menarik diri tanpa benar-benar membacakan hukuman, yang kemudian muncul sebagai penjara seumur hidup.
Berencana Membunuh Presiden Prancis
"Keadaan meringankan" yang menyelamatkan hidup Salan saat itu tak dipublikasikan. Tetapi pengadilan harus menerima permohonan publikasi yang dibuat oleh pengacara Salan, M Tixier-Vignacour.
Raoul Salan ternyata dianggap sebagai seorang patriot Prancis dan menghormati perjuangan umum untuk kepentingan Prancis di Aljazair.
Sejak pembentukannya pada tahun 1961, OAS telah memulai kampanye terorisme di Aljazair dan Prancis termasuk percobaan pembunuhan Presiden Charles de Gaulle pada September 1961.
Pada 20 Mei 1962, polisi Prancis mengatakan mereka telah menggagalkan upaya lain yang mengancam kehidupan Jenderal de Gaulle ketika mereka menangkap 16 anggota OAS.
Namun demikian, kegiatan organisasi ekstremis OAS gagal menghentikan Presiden de Gaulle menyetujui gencatan senjata dengan nasionalis yang diwakili oleh Front Aljazair de Liberation Nationale (FLN) di bulan Maret.
Momen itu memicu perang sengit antara FLN dan Angkatan Darat Prancis yang mengakibatkan jatuhnya pemerintah Prancis pada tahun 1958 dan kembalinya de Gaulle sebagai kepala negara.
Advertisement
OAS Bubar
Para pendukung Gaulle khawatir bahwa pemenjaraan Raoul Salan mungkin mengirim pesan yang salah kepada anggota OAS - bahwa jika tertangkap, mereka juga dapat mengklaim diri sebagai patriot Prancis sejati dan lolos dari hukuman mati. Tetapi setelah penangkapannya, OAS justru bubar.
Perjanjian Evian antara pemerintah Prancis dan Ben Bella, pemimpin kelompok pro-kemerdekaan FLN, malah membawa kemerdekaan ke Aljazair pada Juli 1962.
Pejabat Prancis memperkirakan delapan tahun terorisme dan perang yang mengarah ke kemerdekaan menelan korban 350.000 jiwa - sumber-sumber Aljazair menyebutkan angka itu jauh lebih tinggi yaitu 1,5 juta nyawa.
Raoul Salan kemudian dibebaskan selama amnesti umum pada Mei 1968. Enam tahun setelah dijebloskan ke dalam bui.