Liputan6.com, Jakarta - Pelatih legendaris Utah Jazz yang menangani tim itu selama 23 musim, Jerry Sloan, meninggal dunia pada usia 78 tahun. Hal tersebut diumumkan situs resmi klub.
Sloan meninggal dunia karena komplikasi penyakit Parkinson dan Lewy Body Dementia, yang telah dideritanya setidaknya sejak 2015.
Advertisement
"Jerry Sloan selamanya akan bersinonim dengan Utah Jazz. Ia selamanya akan menjadi bagian dari organisasi Utah Jazz," demikian pernyataan tim.
"Kami sangat bersyukur ia mencapai hal-hal itu di Utah, serta bertahun-tahun dedikasi, loyalita, dan kemudaan yang ia bawa ke tim kami."
Perjalanan Karier
Sebagai pemain, Sloan pertama kali mengukir jejaknya di NBA saat direkrut Baltimo Bullets sebagai pemain pilihan keempat pada draft 1965. Ia bermain selama semusim di klub itu sebelum menghabiskan karier selama satu dekade di Chicago Bulls. Bulls pada 1978 mempensiunkan nomor empat miliknya, itu merupakan pertama kalinya Bulls melakukan langkah tersebut.
Setelah 2,5 musim melatih Bulls dari 1979 sampai 1982, Sloan memulai kiprah fenomenalnya dengan Jazz pada 1988 dan membawa Utah melaju ke play off selama 15 musim berturut-turut dari 1989 sampai 2003.
Dengan Karl Malone dan John Stockton sebagai dua bintangnya, Jazz menikmati musim-musim terbaik mereka di bawah asuhan Sloan pada 1996/1997 dan 1997/1998, di mana mereka mencapai final NBA namun harus takluk dari Bulls yang saat itu masih diperkuat Michael Jordan.
Advertisement
Pernyataan Bos Utah Jazz
"Merupakan suatu kehormatan dan keistimewaan untuk memiliki salah satu pelatih terhebat dan paling dihormati sepanjang sejarah NBA di tim kami," kata pemilik Jazz Gail Milner dalam pernyataannya.
"Kami mengapresiasi hubungan kami dengan Jerry dan menyadari dedikasi dan hasratnya kepada Utah Jazz. Ia telah meninggalkan warisan dengan klub dan keluarga kami. Dampak yang sulit diulangi dari hidupnya telah menyentuh kota, negara bagian kami, dan seluruh dunia, serta para pemain, staf, dan penggemar," tambahnya.
Sloan mengakhiri karier kepelatihannya dengan berada di peringkat ketiga dalam catatan kemenangan terbanyak sepanjang sejarah NBA, serta tujuh gelar divisi. Tim asuhannya telah 20 kali mencapai playoff.