Seperti Indonesia, Arab Saudi Rayakan Idul Fitri Minggu 24 Mei 2020

Muslim di Arab Saudi hari Sabtu ini terakhir menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Esok Minggu, mereka akan merayakan Idul Fitri, sama seperti Indonesia.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 23 Mei 2020, 13:00 WIB
Suasana Masjidil Haram di Mekah, Arab Saudi, Kamis (5/3/2020). Penutupan area Masjidil Haram ini dilakukan setelah pemerintah Arab Saudi menyetop sementara ibadah umrah menanggapi wabah virus corona (COVID-19). (ABDEL GHANI BASHIR/AFP)

Liputan6.com, Riyadh - Sabtu 23 Mei 2020 menjadi hari terakhir bulan suci Ramadan, hari terakhir umat Muslim berpuasa sebelum Lebaran.

Minggu 24 Mei adalah hari pertama Idul Fitri, seperti arahan Pengadilan Kerajaan Arab Saudi. Indonesia juga merayakan Lebaran di tanggal yang sama.

"Mahkamah Agung mengatakan bahwa laporan berikut diterima dari pengadilan berdasarkan pengamat yang dikhususkan untuk memverifikasi bulan baru Ramadan telah selesai atau akan melanjutkan untuk satu hari lagi. Bulan baru Syawal, setelah Ramadan, tidak terlihat," ujar Pengadilan Kerajaan Arab Saudi seperti dikutip dari Saudi Press Agency (SPA), Sabtu (23/5/2020).

Oleh karena itu, telah diputuskan bahwa besok umat Muslim Saudi akan merayakan Idul Fitri. Hari Sabtu akan menjadi hari ke-30 Ramadan dan Minggu hari pertama Syawal dan Idul Fitri.

"Mahkamah Agung memberi selamat kepada Penjaga Dua Masjid Suci, Putra Mahkota, pemerintah dan orang-orang dari Kerajaan Arab Saudi dan ekspatriat Muslim, juga negara Islam di seluruh dunia yang merayakan Idul Fitri yang diberkati. Al-Fitr".


Kata Pemerintah RI Soal Idul Fitri

Ilustrasi Hari Raya Idul Fitri (iStockphoto)

Sementara itu, Pemerintah RI menetapkan 1 Syawal 1441 Hijriah atau Hari Raya Idul Fitri jatuh pada Minggu 24 Mei 2020. Hal ini sesuai dengan hasil sidang isbat yang dilakukan Kementerian Agama bersama sejumlah pihak berdasarkan pemantauan hilal di 80 titik di Indonesia.

"Sidang isbat secara bulat menyatakan 1 Syawal 1441 H jatuh pada hari Ahad atau Minggu pada 24 Mei 2020," kata Menteri Agama Fachrul Razi di Gedung Kemenag, Jakarta, Jumat (22/5/2020).

Sebelumnya, Kementerian Agama dan sejumlah lembaga terkait menggelar sidang isbat Idul Fitri 2020. Sidang tersebut dipimpin oleh Menteri Agama Fachrul Razi.

Terdapat tiga sesi sidang isbat yang diawali dengan pemaparan posisi hilal awal Syawal 1441 H oleh anggota tim Falakiyah Kemenag Cecep Nurwendaya.

Sidang kemudian dilanjutkan laporan data hisab dan hasil rukyatul hilal untuk menentukan Idul Fitri.

Tak Terlihat

Tak ada referensi empirik visibilitas (ketampakan) hilal awal Syawal 1441 H bisa teramati di seluruh wilayah Indonesia pada Jumat kemarin. Hal tersebut diungkapkan pakar astronomi dari Tim Falakiyah Kementerian Agama Cecep Nurwendaya.

"Semua wilayah Indonesia memiliki ketinggian hilal negatif antara minus 5,29 sampai dengan minus 3,96 derajat. Hilal terbenam terlebih dahulu dibanding matahari," kata Cecep saat memaparkan data posisi hilal awal Syawal 1441 H dalam Sidang Isbat Awal Syawal 1441 H, Jakarta.

Menurut dia, Kementerian Agama melalui Tim Falakiyah melakukan pengamatan hilal di 80 titik di seluruh Indonesia.

Cecep mengatakan, penetapan awal bulan hijriyah didasarkan pada hisab dan rukyat. Proses hisab sudah ada dan dilakukan oleh hampir semua ormas Islam.

"Saat ini, kita sedang melakukan proses rukyat, dan sedang menunggu hasilnya," kata Cecep.

“Secara hisab, awal Syawal 1441 H jatuh pada Minggu. Ini sifatnya informastif, konfirmasinya menunggu hasil rukyat dan keputusan sidang isbat,” tambah dia.

Dia menuturkan, rukyat adalah observasi astronomis. Oleh karena itu, lanjut Cecep, harus ada referensinya. Dia mengatakan, kalau ada referensinya, akan diterima. Sedang, kalau tidak, berarti tidak bisa dipakai.

Berdasarkan data di Pelabuhan Ratu, posisi hilal awal Syawal 1441 H atau pada 29 Ramadan 1441 H yang bertepatan dengan 22 Mei 2020, di Pelabuhan Ratu secara astronomis tinggi hilal: minus 4,00 derajat; jarak busur bulan dari matahari: 5,36 derajat; umur hilal minus 6 jam 55 menit 23 detik.

Sementara itu, lanjut Cecep, dasar kriteria imkanurrukyat yang disepakati MABIMS adalah minimal tinggi hilal dua derajat, elongasi minimal 3 derajat, dan umur bulan minimal delapan jam setelah terjadi ijtima'. "Ini sudah menjadi kesepakatan MABIMS," tuturnya.

Karena ketinggian hilal di bawah dua derajat bahkan minus, maka tidak ada referensi pelaporan hilal jika hilal awal Syawal teramati di wilayah Indonesia.

“Dari referensi yang ada, maka tidak ada referensi apapun bahwa hilal Syawal 1441H pada Jumat ini teramati di seluruh Indonesia,” tandas Cecep.

Selain itu, tidak ada referensi empirik visibilitas hilal jika hilal awal Syawal teramati di wilayah Indonesia.  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya