Dokter Ungkap Kemiripan Virus HIV dan Corona COVID-19

Dokter di Gedung Putih mengungkap sebuah persamaan antara HIV dan Virus Corona (COVID-19).

oleh Tommy K. Rony diperbarui 24 Mei 2020, 09:00 WIB
Suasana kendaraan yang terjebak kemacetan di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (22/5/2020). Meski DKI Jakarta tengah memberlakukan PSBB, masih banyak masyarakt yang menyerbu Pasar Kebayoran Lama untuk berbelanja kebutuhan Lebaran. (Liputan6.con/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Virus Corona (COVID-19) membuat banyak negara lockdown, sebab virus ini mudah menular lewat udara dan kontak fisik. Dampaknya bisa berbahaya terutama bagi yang punya penyakit seperti asma, jantung, atau hipertensi. 

Faktor bahaya lain adalah Virus Corona bisa menular tanpa disadari penular atau yang tertular jika yang mengidap tak merasakan gejala (asymptomatic). 

Hal itu membuat dokter di Gedung Putih teringat kepada virus HIV. Dr. Deborah Birx berkata dulu orang juga tak sadar ada pengidap HIV yang tak menunjukan gejala.

"Saya ingat ketika awal-awal ada HIV, orang-orang bilang ke saya mereka tahu siapa yang terinfeksi. Dan saya bilang: Kamu tidak tahu siapa yang terinfeksi. Saya bisa saja terinfeksi. Kamu hanya berkata saya tak terinfeksi karena saya terlihat sehat," jelas Dr. Birx di Gedung Putih, seperti dikutip Sabtu (23/5/2020).

Ia berkata situasi serupa terjadi saat ini, yakni ada orang tampak sehat tetapi kena Virus Corona dan berpotensi menyebarkannya.

"Ada banyak orang-orang mengidap COVID yang tampak sehat," ujar Dr. Birx.

Kasus orang yang "tampak sehat" itu membuat khawatir Dr. Birx, sebab mereka bisa berkeliaran keluar rumah dan menyebarkan virus. 

Jaga Jarak 

Saran Dr. Birx adalah agar masyarakat tetap menjaga jarak. Ia menyebut jarak ideal adalah sekitar 2 meter.

"Kamu tidak bisa tahu siapa yang terinfeksi. Jadi itulah mengapa kamu harus menjaga jarak sosial. Itulah mengapa kamu harus berjarak 6 kaki (sekitar 1,8 meter) dari satu sama lain," kata Dr. Birx.

Dr. Deborah Birx, Koordinator Respons Virus Corona Gedung Putih. Dok: Gedung Putih

Dr. Birx adalah dokter militer yang menjabat sebagai Koordinator Respons Virus Corona di Gedung Putih. Ia menjadi "pembisik" Presiden Donald Trump dalam melawan virus ini. 

Sebelum ditunjuk Presiden Trump sebagai koordinator, Dr. Birx aktif bekerja melawan berbagai wabah, termasuk malaria dan HIV.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Gedung Putih: Jaga Jarak 2 Meter Demi Hindari Virus Corona COVID-19

Dr. Deborah Birx, Koordinator Respons Virus Corona Gedung Putih. Dok: Gedung Putih

Maret lalu, pakar kesehatan Gedung Putih sudah mendorong adanya social distancing (jaga jarak sosial) supaya menekan penyebaran Virus Corona COVID-19 (COVID-19). Jarak ideal antar satu sama lain disebut sekitar 2 meter atau tepatnya 1,82 meter. 

Rekomendasi itu diberikan oleh Dr. Deborah Birx yang kini dipercaya sebagai Koordinator Respons Virus Corona COVID-19 Gedung Putih. Jarak tersebut meter dianggap ideal untuk menghindari droplet (percikan air liur).

"(Social distancing) adalah ketika kita meminta orang-orang untuk setidaknya saling memberi jarak enam kaki (1,82 meter). Dan kamu mungkin bertanya kenapa enam kaki? Karena banyak bukti sains terkait penyakit pernapasan bahwa jarak itu adalah jarak terjauh saat droplet keluar saat bersin atau batuk," ucap Dr. Birx dalam video Gedung Putih.

Virus Corona COVID-19 dapat menular lewat kontak fisik dekat. Pihak Gedung Putih juga meminta agar tak ada acara kumpul-kumpul lebih dari 10 orang. 

Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional Dr. Anthony Fauci juga meminta agar masyarakat jangan nekat ke tempat-tempat ramai dulu. Terkait pekerjaan bisa dilakukan dari jarak jauh, sementara untuk hiburan diharapkan ditunda dahulu. 

"Jangan ke bar, jangan ke restoran, jangan ke bioskop dengan banyak orang. Pokoknya pemisahan fisik agar Anda punya ruang antara diri Anda dan orang lain yang bisa saja terinfeksi atau menginfeksimu," tegas Dr. Fauci.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya