Tak Hanya Pasien, Tenaga Medis COVID-19 Juga Butuh Kesehatan Mental

Jam kerja yang panjang membuat para petugas di RS Darurat Wisma Atlet membutuhkan stamina dan kesehatan mental yang baik.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 25 Mei 2020, 19:04 WIB
Liu Huan (kanan), petugas medis dari Provinsi Jiangsu, memasuki sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Tenaga medis dari seluruh China mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit itu. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Liputan6.com, Jakarta - Jam kerja yang panjang membuat para petugas di RS Darurat Wisma Atlet membutuhkan stamina dan kesehatan mental yang baik. RS Darurat Wisma Atlet memiliki fasilitas kesehatan mental untuk pasien dan petugas penanganan COVID-19.

Kakesdam Jaya Kolonel Ckm dr. Stefanus Dony menyampaikan bahwa dukungan yang tak kalah penting dari para dokter dan tenaga kesehatan yaitu tim kesehatan mental. Saat ini, pihaknya mendapatkan 10 personel sebagai tim kesehatan mental. Personel tersebut berasal dari TNI dan sukarelawan. Menurutnya tekanan yang dihadapi para personel kesehatan sangat tinggi.

Sebelumnya mereka bekerja selama 14 hari penuh ditambah masa karantina 14 hari. Tidak seperti ketika para tenaga medis ini bekerja di rumah sakit dalam kondisi ‘normal.’ Ketika bekerja di rumah sakit, mereka mungkin mendapatkan libur setelah satu atau dua hari bekerja, tetapi tidak di RS Darurat Wisma Atlet.

Setelah dilakukan evaluasi kinerja, tenaga medis dituntut bekerja 30 hari. Hal tersebut berdasarkan evaluasi 14 hari kerja yang dinilai kurang efisien. Waktu 14 hari dinilai tidak cukup untuk mengenali lingkungan di beberapa tower RS Darurat Wisma Atlet yang diaktifkan.

"Dalam waktu satu bulan ini, mereka langsung datang dan bisa memahami situasi di sini," ujar Dony di hadapan Ketua Gugus Tugas Nasional Doni Monardo saat berkunjung di RS Darurat Wisma Atlet pada hari ini, Senin (25/5/2020).

Selain memberikan konseling, tim kesehatan mental memberikan ice breaking kepada personel atau petugas yang bekerja di RS Darurat Wisma Atlet.

"Ice breaking diberikan untuk menghadapi pasien dengan latar belakang berbeda," ucap Dony.

Ia mencontohkan ketika perawat berhadapan dengan pasien yang berprofesi anak buah kapal (ABK). Mereka masih muda tetapi positif COVID-19. Menghadapi anak-anak muda seperti ini membutuhkan kesabaran.

Selain itu, pengertian dan pemahaman pasien mengenai COVID-19 masih kurang. Misalnya, mental pasien menjadi turun ketika pasien itu diinformasikan terpapar virus. Pada awalnya, ditemui beberapa kasus yang membutuhkan dukungan kesehatan mental sehingga tim yang dibentuk itu menambah fasilitas RS Darurat Wisma Atlet.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Diapresiasi

Sementara itu, Doni Monardo yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengapresiasi sejumlah pihak sejak perencanaan hingga pengaktifan. RS Darurat Wisma Atlet dibuka Presiden Joko Widodo pada 23 Maret lalu.

"Saya mengapresiasi semua pihak yang telah menyiapkan RS Darurat Wisma Atlet dari awal proses berlangsung sejak Februari pertengahan. Setelah mendapatkan pesan dari Menteri Sekretariat Negara untuk menyiapkan fasilitas RS dalam menghadapi wabah Covid. Kemudian kami berkoordinasi dengan Menteri PU dan BUMN atas perintah Presiden," tambahnya.

Sejak dibuka pada pertengahan Maret lalu, total pasien terdaftar hingga Senin (25/5) berjumlah 3.966 orang. Sedangkan jumlah rawat inap berjumlah 932 orang, dengan rincian laki-laki 610 dan perempuan 322.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya