Lockdown Australia Dilonggarkan, Sejumlah Restoran Indonesia Kembali Siap Dibuka

Para pemilik bisnis di Australia, termasuk para WNI siap membuka usahanya kembali ketika lockdown dilonggarkan.

Oleh ABC Australia diperbarui 26 Mei 2020, 09:30 WIB
Bendera negara Australia - AFP

Liputan6.com, Melbourne - Mulai 1 Juni sejumlah aturan yang sebelumnya membatasi pergerakan warga di Australia akan dilonggarkan. Para pemilik restoran Indonesia memberikan tanggapan soal diperbolehkannya kembali melayani makan di tempat.

Kedai Kampung di kawasan Springvale, sekitar 29 km dari pusat kota Melbourne adalah salah satu restoran Indonesia yang termasuk akan membuka kembali restorannya bagi para pelanggan. Demikian sepertimengutip ABC Indonesia, Selasa (26/5/2020). 

Pemiliknya, Debbie Gunawan mengatakan sudah mulai melakukan pembersihan dan mengatur tempat duduknya, setelah selama hampir dua bulan tutup karena pandemi virus corona.

Di negara bagian Victoria, peraturan umum setelah pelonggaran pembatasan adalah maksimum 20 orang yang boleh berada di dalam restoran dalam waktu bersamaan.

Namun kebanyakan restoran Indonesia di Australia memiliki kapasitas yang kecil, sehingga tata letak meja dan kursi makan pun harus diatur kembali untuk memastikan jarak aman setidaknya 1,5 meter antara orang tetap terjaga.


Mengatur Tata Letak Tempat Duduk

Ilustrasi restoran (iStockphoto)​

Debbie mengatakan sudah mengatur tempat duduk di restoran miliknya dan nantinya hanya bisa menampung empat sampai enam orang.

"Kalau mereka datang langsung enggak ada tempat duduk, langsung takeaway," ujar Debbie yang juga akan memberikan pilihan reservasi kepada pelanggan sebelum datang.

"Karena kita gak mungkin meminta mereka makan di luar [ruangan], apalagi dalam kondisi winter."

Debbie mengaku jika banyak pelanggannya yang sebenarnya lebih memilih untuk makan langsung di Kedai Kampung.

"Beberapa hari lalu ada nenek-nenek ngotot makan di dalam, dan tidak dikasih, akhirnya dia makan di kursi depan gereja. Kasihan, kan?," kata Debbie."Karena katanya kalau dibawa pulang ke rumah sudah enggak hangat, dan kalau ikan cenderung jadi keras kalau dibawa pulang.

Persiapan juga telah dilakukan oleh Juli Santoso, pemilik restoran D'Penyetz & D'Cendol dan Killiney Kopitiam di kawasan Lygon dan pusat kota Melbourne.

"Kita akan melayani kembali pelanggan di dalam restoran dengan tetap mematuhi social distancing dan maksimum 20 orang," ujar Juli.

Sama seperti Debbie, Juli mengatakan banyak pelanggannya yang mengatakan "sudah kangen makan di tempat".

Beberapa pemilik restoran di Australia sebelumnya melaporkan sudah banyak reservasi atau pemesanan tempat duduk, bahkan sebelum diketahui pasti kapan pembatasan dilonggarkan.

"Makanan yang disajikan memang enaknya dinikmati saat panas-panas dan fresh," kata Juli.


Penurunan Omzet

Nikmatnya santap ayam goreng penyet khas Indonesia(dok.Instagram/@waroengdjawa97/https://www.instagram.com/p/BpySbQaAyQq//Asnida Riani)

Namun dengan tetap adanya pembatasan jumlah orang yang bisa makan di tempat, kapasitas restoran tidak dapat diisi penuh oleh pelanggan, sehingga belum tentu meningkatkan pendapatan bisnisnya.

Debbie mengaku dari pandangannya sebagai pemilik restoran, layanan 'takeaway' tetap lebih bagus dari segi bisnis, meski pendapatan dari layanan 'delivery' memang tidak sebanyak kalau makan di tempat sebelum pandemi COVID-19.

"Cost [pengeluaran biaya operasional] kita lebih sedikit … tapi keuntungannya kurang lebih sama," kata Debbie.

Tapi ia tetap menyambut dibukanya kembali restoran karena melihat orang-orang yang membutuhkan pekerjaan, seperti juga dikatakan para pemilik bisnis kuliner Indonesia di Australia lainnya.

Begitu pula dengan Juli yang mengatakan akan tetap mendukung apa yang menjadi keputusan pemerintah.

"Belum tahu efeknya apakah akan lebih baik buka dengan pembatasan pelanggan atau tidak sama sekali," kata pemilik restoran D'Penyetz dan D'Cendol dan Killiney Kopitiam itu.

Sartono, pemilik restoran Indonesia di Australia Selatan pernah mengatakan kepada ABC Indonesia jika industri kuliner di Australia termasuk sektor yang paling parah terdampak virus corona.

"Kalau tidak ada keringanan dari landlord [pemilik tempat] dan bantuan pemerintah, kita belum tentu bisa bertahan," kata Sartono pemilik restoran Pondok Daun di Adelaide.

Ia mengaku jika penurunan pendapatan untuk bisnisnya bisa mencapai 60 hingga 70 persen.

Sejak pandemi virus corona banyak warga di Australia yang semakin terbiasa dengan layanan 'delivery' atau 'takeaway' yang ditawarkan restoran dan kafe di Australia.

Kedai Kampung mengaku jika pendapatan mereka mulai naik dibandingkan di pekan pertama saat mulai menawarkan layanan 'delivery' atau 'takeaway'.

Begitu pula dengan D'Penyetz dan D'Cendol dan Killiney Kopitiam yang kini sudah menawarkan ke sejumlah suburb atau daerah-daerah di luar pusat kota Melbourne.

"Kita melihat ada pangsa pasar yang juga besar dan sepertinya akan berlanjut, bahkan sedang melihat-melihat lokasi untuk buka di suburb," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya