Para Ahli Kesehatan Sarankan Pemimpin Dunia Pulihkan Iklim Usai Pandemi Corona

200 kelompok medis dunia menyarankan para pemimpin di G20 bahwa triliun dolar, euro, dan yuan yang mengalir ke ekonomi pasca-pandemi harus membangun pemulihan iklim.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 26 Mei 2020, 12:34 WIB
200 kelompok medis mengatakan kepada para pemimpin G20 (26/5/2020), bahwa triliun dolar, euro, dan yuan yang mengalir ke ekonomi pasca pandemi harus membangun "pemulihan sehat dan penghijauan." (Photo Credit: World Health Organization/AFP/File/)

Liputan6.com, Jakarta - Para pakar kesehatan mengatakan kepada para pemimpin negara di dunia dalam KTT G20, bahwa dunia membutuhkan adanya pemulihan iklim setelah pandemi Virus Corona COVID-19. 

200 kelompok medis yang mewakili 40 juta profesional kesehatan di seluruh dunia mengatakan kepada para pemimpin G20 dalam sebuah surat terbuka pada Selasa 26 Mei 2020, bahwa triliun dolar, euro, dan yuan yang mengalir ke ekonomi pasca-pandemi harus membangun pemulihan sehat dan penghijauan, seperti dikutip dari AFP, Selasa (26/5/2020). 

Surat itu menyampaikan, 20 negara yang menyumbang 90 persen dari PDB global harus memprioritaskan investasi di bidang kesehatan publik, udara bersih, air bersih, dan iklim yang stabil untuk meningkatkan ketahanan terhadap krisis kesehatan di masa depan. 

Surat itu juga menyampaikan bahwa para kelompok medis tersebut telah menyaksikan secara langsung betapa rapuhnya masyarakat ketika kesehatan, keamanan pangan, dan kebebasan mereka untuk bekerja terganggu oleh ancaman yang sama. Hal itu pun dikatakan menggambarkan pandemi Virus Corona COVID-19 yang telah membuat sakit lebih dari lima juta dan mengklaim hampir 350.000 jiwa sejak awal tahun.

"Efek ini dapat dikurangi sebagian, atau mungkin bahkan dicegah, dengan investasi yang memadai dalam kesiapsiagaan menghadapi pandemi, kesehatan masyarakat dan pengelolaan lingkungan," jelas surat itu. 

KTT G20 berikutnya dijadwalkan akan digelar pada bulan November mendatang. 

Karena krisis kesehatan global pertemuan para pemimpin G7 untuk bulan Juni dibatalkan. Tetapi pada pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan sesi itu masih bisa digelar di Gedung Putih dan Camp David, yang merupakan tempat retret musim panas di luar Washington D.C. 

Dengan dukungan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Global Climate and Health Alliance, dampak buruk karena polusi udara adalah hal yang disoroti dalam surat itu, yang menyebabkan sekitar tujuh juta kematian prematur setiap tahun. 

World Organization of Family Doctors dan 200 kelompok lainnya mengatakan bahwa sebelum Corona COVID-19, polusi udara sudah melemahkan tubuh kita. 

Surat tersebut lalu menambahkan bahwa "ekonomi yang benar-benar sehat tidak akan membiarkan polusi terus mengaburkan udara yang kita hirup dan air yang kita minum," "itu tidak akan memungkinkan perubahan iklim dan deforestasi yang tak terkendali, berpotensi melepaskan ancaman kesehatan baru pada populasi yang rentan." 

Saksikan Video Berikut Ini:


Promosi Pemulihan Kesehatan

Liu Huan (kanan), petugas medis dari Provinsi Jiangsu, memasuki sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Tenaga medis dari seluruh China mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit itu. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Seruan tentang penghapusan ratusan miliar dolar dalam subsidi untuk minyak, gas dan batubara, pendorong utama pemanasan global dan polusi udara tampak datang dengan adanya promosi tagar #HealthyRecovery

Menurut laporan, hal itu juga menggarisbawahi kebutuhan untuk meningkatkan energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin.

Pimpinan World Medical Association, Miguel Jorge mengatakan bahwa hidup sehat bergantung pada planet yang sehat, seraya menambahkan dibutuhkannya pendekatan komprehensif, pemulihan yang sehat dan hijau untuk sekarang.

Pandemi Virus Corona COVID-19 telah memberikan dampak yang berat pada para pekerja khususnya di bidang kesehatan, mulai dari pertugas pembersih hingga dokter, rumah sakit, dan panti jompo. 

Puluhan ribu pekerja tersebut dilaporkan telah terinfeksi virus dan ratusan telah meninggal, meskipun tidak ada penghitungan resmi. 

International Council of Nurses melaporkan pada awal bulan Mei, bahwa setidaknya ada 90.000 perawat di seluruh dunia, dan mungkin dua kali lebih banyak telah terkena virus itu.

Ratusan profesional kesehatan juga dilaporkan telah meninggal, termasuk mereka yang berjuang saat wabah awal di Kota Wuhan, China, yang merupakan pusat pandemi pada saat itu.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya