Cerita Profesor Tjandra Yoga Rayakan Idulfitri Sendirian di India

Lockdown COVID-19 di India, Profesor Tjandra Yoga Aditama merayakan Idulfitri 2020 sendirian.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 26 Mei 2020, 22:00 WIB
Masjid Jama diterangi cahaya pada bulan suci Ramadan di bawah penerapan lockdown untuk menekan penyebaran virus corona di New Delhi , 25 April 2020. Masjid terbesar di India itu selalu ramai dipenuhi orang-orang saat datangnya Ramadan namun, kini terlihat sepi imbas Covid-19. (Sajjad HUSSAIN/AFP)

Liputan6.com, New Delhi Di tengah lockdown COVID-19 ke-4 India, momen Hari Raya Idulfitri 2020 Profesor Tjandra Yoga Aditama dilewati dengan sendirian. Memang hari-hari Lebaran kali ini sungguh berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Tjandra yang merupakan Direktur Penyakit Menular WHO Regional Asia Tenggara di New Delhi pun tak bisa pulang ke Jakarta.

 

"Selama 5 tahun bertugas di WHO Regional Asia Tenggara, New Delhi, baru kali ini saya tidak (pulang) ke Jakarta saat Idulfitri. Tentu karena COVID-19 dan India masih total lockdown, bahkan seri ke 4.0," tutur Tjandra membuka percakapan kepada Health Liputan6.com, ditulis Selasa (26/5/2020) melalui pesan singkat.

"Ya sudah lebih dari 2 bulan lockdown. Semua bandara tutup, masjid juga ditutup. Mall dan tempat keramaian tutup total."

 

Di India, masyarakat ada yang merayakan Idulfitri pada 24 Mei 2020. Sesuai kalender resmi dirayakan pada 25 Mei 2020 tapi Tjandra memilih merayakan Idulfitri pada 24 Mei 2020.

"Karena awal puasanya saya juga ikut jadwal Indonesia, sehari sebelum India. Ini sesuai pendapat Kedutaan Besar Republik Indonesia di New Delhi. Dan saya tanya guru ngaji di Jakarta. Beda waktu hanya 1,5 jam, maka dia juga setuju bahwa saya ikut jadwal Indonesia saja. Ada juga sebagian masyarakat India yang merayakan Idulfitri pada 24 Mei 2020," lanjut Tjandra.

 


Salat Id dan Takbir Sendirian

Prof Tjandra Yoga Aditama yang menjabat sebagai Direktur Penyakit Menular WHO Regional Asia Tenggara merayakan Idulfitri 2020 sendirian di tengah lockdown COVID-19 India pada 24 Mei 2020. (Dok Prof Tjandra Yoga Aditama)

Tjanda bercerita, tahun-tahun yang lalu, masjid-masjid besar, seperti Jama Masjid di New Delhi dan Masjid Haji Ali di Mumbai dipenuhi ribuan orang salat Id berjamaah. Di Jama Masjid saat malam takbiran, bahkan ada dentum meriam ditembakkan. Menandakan hilal sudah terlihat dan besok Lebaran.

"Di sebelah kompleks rumah saya juga ada Humayun Tomb, kompleks makam, ruang pertemuan, dan masjid abad ke 15. Sehari-hari adalah obyek wisata yang mana turis masuk harus bayar. Tapi kalau Idulfitri dan Idul Adha akan dibuka untuk yang akan salat. Di sebarang kompleks saya juga ada Markaz Nizamuddin, masjid 5 lantai yang jadi salah satu pusat jamaah Tabligh di dunia," kenang Tjandra.

Secara umum tentu Idulfitri di India walaupun bukan di masa COVID-19 amat jauh berbeda dari suasana meriah di Indonesia. Apalagi tahun ini, semua toko tutup. Tjandra pun salat Id sendirian.

 

"Saya tadi pagi jam 07.00 waktu New Delhi (08.30 WIB) juga salat Id sendiri saja di kamar. Lalu sarapan sendiri  Tidak ada alunan takbir sama sekali, dan saya pun takbir sendiri saja," ujar Tjandra yang pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan.

"Istri saya dari Jakarta bilang bahwa baiknya saya makan rendang persediaan yang masih ada. Tapi saya sengaja beli chicken curry saja. Restoran di New Delhi hanya buka untuk delivery, tidak boleh makan di tempat."

 

Setelah dicicipi, rasa chicken curry bagi Tjandra lumayan enak. Ia rupanya menyukai rasa pedas.

"Saya senang karena rasanya pedas. Lucunya, chicken curry berbeda kuah/bumbunya dengan egg curry, walaupun sama-sama kari dari restoran yang sama."

 


Diundang Makan oleh Staf

Pekerja menata kue pada nampan di sebuah toko roti di Srinagar, India, Senin (18/5/2020). Toko roti tersebut melayani pengiriman untuk umat muslim yang merayakan Lebaran. (Tauseef MUSTAFA/AFP)

Melewati salat Id dan takbiran sendiri, Tjandra tiba-tiba mendapat undangan makan dari salah satu stafnya. Harapan menikmati makanan Lebaran khas India dapat dirasakannya.

 

"Pas tanggal 23 Mei 2020, staf saya menelepon dan mengundang makan di rumahnya pada 24 Mei 2020. Mungkin dia trenyuh melihat Pak Direkturnya sendirian saja dirantau COVID-19 ini. KBRI New Delhi juga tidak ada kegiatan apapun untuk WNI. Tentu, antisipasi pencegahan penularan COVID-19," ucap Tjandra.

"Kalau bukan COVID-19, di India saat Idulfitri ada makanan khas Lebarannya. Yang pasti bukan ketupat dan opor ayam, melainkan makanan manis Sheer Khurma, mie vermicelli dengan sushi dan buah kering, serta saviyan (puding susu dan kurma)."

 

Pucuk dicinta ulam pun tiba, Tjandra dijamu saviyan di rumah stafnya.

"Saya dikasih makanan oleh mereka. Alhamdulillah, jadi ngerasain makanan lebaran India, saviyan," lanjutnya yang juga mantan Kepala Badan Litbang Kementerian Kesehatan.

Selain ada makanan khas Lebaran, di masa normal bukan COVID-19, perempuan muslim India biasanya akan menggambar tangannya dengan henna saat Lebaran.


Serba-serbi Idulfitri

Prof Tjandra Yoga Aditama yang menjabat sebagai Direktur Penyakit Menular WHO Regional Asia Tenggara merayakan Idulfitri 2020 sendirian di tengah lockdown COVID-19 India pada 24 Mei 2020. (Dok Prof Tjandra Yoga Aditama)

Tepat 25 Mei 2020, yang merupakan Hari Raya Idulfitri 2020 resmi di India, Perdana Menteri India menyampaikan ucapan selamat Idulfitri pada warga muslim negaranya. Sekitar 15 sampai 20 persen dari 1,3 miliar penduduk India beragama Islam.

Momen Lebaran juga diperhatikan Tjandra, tetangganya, seorang Ibu Muslim berusia hampir 90 tahun dikunjungi anak-anaknya.

"Anak-anaknya datang berkunjung ke Ibu ini. Anak yang lelaki pakai baju kurta India (hampir mirip baju koko penuh sulaman, tapi panjang selutut), atasan-bawahan putih dan masker putih. Unik juga. Anak perempuannya pakai baju warna-warni, tidak putih," Tjandra menambahkan.

Kemudian pada siang hari tanggal 25 Mei 2020, ada beberapa orang membawa gendang. Mereka jalan dari rumah ke rumah yang Muslim, lalu memainkan gendangnya cukup keras dan bergaya India.

"Rupanya dikasih tip ala kadarnya. Karena hanya ada beberapa rumah yang Muslim, hanya kedengaran beberapa kali pukulan gendangnya. Sekarang sudah sepi lagi. Di sini juga tidak terdengar suara takbir. Masjid memang tutup walau suara azan terdengar sayup-sayup," tutup Tjandra.

Kepada penulis, Tjandra lebih dahulu mengucapkan, Selamat Idulfitri 1441 H, Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Semoga amal ibadah kita mendapat rahmat dari Allah SWT. Semoga juga COVID-19 dapat segera teratasi di dunia.

Saya pun membalasnya, Terima kasih Prof ceritanya. Selamat Lebaran, Prof. Minal aidin walfaidzin. Tetap sehat selalu, Prof.


Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya