Cek Fakta: Tidak Benar Bakteri Jadi Penyebab Kematian pada Pasien COVID-19

Klaim tentang bakteri jadi penyebab kematian pasien COVID-19, bukan virus. Cek fakta sebelum percaya!

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 26 Mei 2020, 12:32 WIB
Gambar Tangkapan Layar Kabar Hoaks Tentang Virus Corona

Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang bakteri yang menjadi penyebab kematian pada pasien positif virus corona COVID-19 beredar di media sosial. Kabar tersebut disebarkan akun Facebook N T S Adi pada (26/5/2020).

Akun Facebook N T S Adi mengunggah narasi yang menyebut bahwa dokter di Italia telah menemukan obat penangkal COVID-19. Menurut klaim akun Facebook N T S Adi, COVID-19 informasi tersebut berasal dari dokter di Italia yang tidak mematuhi hukum kesehatan dunia WHO.

Selain itu akun tersebut juga mengklaim bahwa gumpalan darah merupakan menyebab kematian pasien COVID-19.

"SECERCAH HARAPAN :

Di ITALIA Obat untuk MENANGKAL VIRUS CORONA-19 AKHIRNYA DITEMUKAN !! 😮😯😮

Dokter Italia, tidak mematuhi hukum kesehatan dunia WHO, untuk tidak melakukan otopsi pada kematian Coronavirus dan mereka menemukan bahwa BUKANLAH VIRUS, tetapi BAKTERIlah yang menyebabkan kematian. Ini menyebabkan gumpalan darah terbentuk dan menyebabkan kematian pasien.

Italia mengalahkan apa yang disebut Covid-19, yang tidak lain adalah "Koagulasi intravaskular diseminata" (Trombosis)

🔷 Dan cara untuk memeranginya, yaitu, penyembuhannya, adalah dengan "antibiotik, anti-inflamasi, dan antikoagulan".

Berita sensasional ini untuk dunia🌏 telah diproduksi oleh dokter Italia dengan melakukan otopsi pada mayat yang meninggal karena Covid-19.

Menurut ahli patologi Italia. "Ventilator dan unit perawatan intensif tidak pernah dibutuhkan."

Oleh karena itu perubahan protokol pandemi global di Italia, terungkap, penyembuhan ini, sudah diketahui oleh orang Cina dan tidak melaporkan hanya *UNTUK MELAKUKAN BISNIS. *

(Sumber: Kementerian Kesehatan Italia).

Jika mereka terkena Covid-19 ... yang bukan Virus seperti yang mereka yakini, tetapi bakteri ... diperkuat dengan radiasi elektromagnetik 5G yang juga menghasilkan peradangan dan hipoksia.

Mereka akan melakukan hal berikut:Mereka akan minum *Aspirin 100mg dan Apronax atau Paracetamol*...

Mengapa? ... * karena telah ditunjukkan bahwa apa yang dilakukan Covid-19 adalah menggumpalkan darah, menyebabkan orang tersebut mengembangkan trombosis dan darah tidak mengalir dan tidak mengoksigenasi jantung dan paru-paru dan orang tersebut mati dengan cepat karena tidak bisa bernafas.*

Di Italia mereka mengacaukan protokol WHO dan melakukan otopsi pada mayat yang meninggal karena Covid-19 ... mereka memotong tubuh, membuka lengan, kaki dan bagian tubuh lainnya dan menyadari bahwa pembuluh darahnya melebar dan membeku, semua pembuluh darah dan arteri dipenuhi dengan trombosis, mencegah darah mengalir secara normal dan membawa oksigen ke semua organ, terutama otak, jantung dan paru-paru, dan pasien akhirnya sekarat,

Setelah mengetahui diagnosis ini, Kementerian Kesehatan Italia segera mengubah protokol pengobatan Covid-19 ... dan mulai memberikan kepada pasien positif mereka *Aspirin 100mg dan Apronax atau Paracetamol*...,hasilnya : pasien mulai pulih dan hadir perbaikan dan Departemen Kesehatan merilis dan mengirim pulang lebih dari 14.000 pasien dalam satu hari.

URGENT: mengirimkan informasi ini dan menjadikannya viral, di sini di negara kami, mereka telah berbohong kepada kami, dengan pandemi ini, satu-satunya hal yang dikatakan oleh presiden kami setiap hari adalah data dan statistik tetapi tidak memberikan informasi ini untuk menyelamatkan warga negara, adalah bahwa Ini juga akan terancam oleh para elit? ...kita tidak tahu, tiba-tiba semua pemerintah dunia, tetapi Italia melanggar norma ... karena mereka sudah kewalahan dan dalam kekacauan serius karena kematian sehari-hari ..., sekarang WHO. ..akan digugat di seluruh dunia, karena menutupi begitu banyak kematian dan jatuhnya ekonomi banyak negara di dunia ... sekarang dipahami mengapa perintah untuk MEMBEBASKAN atau segera mengubur mayat-mayat tanpa otopsi ... dan menamakannya sebagai sangat berpolusi. ..Di tangan kita untuk membawa kebenaran dan harapan menyelamatkan banyak nyawa ....

Itulah sebabnya gel antibakteri bekerja dan klorindioksida ... Seluruh PANDEMI adalah karena mereka ingin vaksinasi dan chip untuk membunuh massa untuk mengendalikan mereka dan mengurangi Populasi Dunia.

INSYA ALLAH.... TUHAN MENYELAMATKAN KITA💉💉💉💉💉

Paramedis di Italia sdg mengobati pasien Covid19. 👇👇," tulis akun Facebook N T S Adi.

Konten yang disebarkan akun Facebook N T S Adi telah 429 kali dibagikan dan mendapat 51 komentar warganet.

 


Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri kabar tentang bakteri yang menjadi penyebab kematian pada pasien positif virus corona COVID-19. Penelusuran dilakukan menggunakan situs pencari Google Search dengan memasukkan kata kunci "italy found corona medicine".

Hasilnya terdapat beberapa artikel yang membantah klaim tersebut. Satu di antaranya artikel berjudul "Fact Check: Blood clot the main reason for Covid-19 death, claims conspiracy theory" yang ditayangkan situs indiatoday.in pada 25 Mei 2020.

Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa klaim serupa juga beredar di aplikasi percakapan WhatsApp. Berdasarkan penelusuran, klaim tentang COVID-19 disebabkan oleh bakteri adalah salah.

Hal ini disampaikan dr Sharad Joshi, ahli paru-paru senior di Rumah Sakit Max. Ia meminta masyarakat untuk merujuk pada studi Lancet tentang karakterisasi genom dan epidemiologi dari virus corona pemicu COVID-19.

Klaim tentang antibiotik yang diklaim bisa melawan COVID-19 juga tidak benar. Direktur rumah sakit LNJP Delhi, dr Suresh Kumar menyebut bahwa antibiotik ini tidak efektif melawan COVID-19.

Klaim tentang penyebab utama kematian pada COVID-19 adalah trombosis atau gumpalan darah dan bukan pneumonia juga tidak benar. Tidak ada bukti ilmiah yang mengatakan trombosis adalah penyebab utama kematian untuk pasien COVID-19, demikian juga dengan klaim bahwa obat antikoagulan adalah satu-satunya obat untuk merawat pasien coronavirus.

Sebaliknya, menurut sebuah artikel Lancet, kegagalan pernapasan telah ditemukan sebagai penyebab utama kematian bagi pasien virus corona.

Klaim tentang ventilator dan unit perawatan intensif tidak diperlukan untuk merawat pasien COVID-19 juga tidak benar. Faktanya, semua pasien COVID-19 dengan penyakit pernapasan kritis atau kegagalan multi-organ atau ginjal harus dirawat di ICU dan menggunakan ventilator. Tetapi tidak semua pasien COVID-19 membutuhkan ICU dan ventilator.

 


Kesimpulan

Klaim tentang bakteri yang menjadi penyebab kematian pada pasien positif virus corona COVID-19 ternyata tidak benar. Coronavirus atau virus corona merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, seperti penyakit flu.

Narasi yang disebarkan akun Facebook N T S Adi tidak sesuai dengan fakta sebenarnya. Kabar menyesatkan tersebut juga beredar di India.

Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya