Liputan6.com, Palu - Di antara banyak sistem pertanian, sistem organik menjadi salah satu yang sepi peminat. Padahal, hasil tani dari sistem tersebut ternyata bisa mendatangkan keuntungan karena punya banyak kelebihan. Seperti yang dibuktikan seorang petani organik di Kabupaten Sigi, yang menggelutinya dengan filosofi kebaikan.
Baca Juga
Advertisement
Dia adalah Ilham Ari Wibadi, seorang petani yang sejak 10 tahun silam kukuh memilih pertanian organik sebagai jalan hidup di tengah pertanian konvensional yang jadi pilihan mayoritas di desanya, Desa Sidera, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi.
Di lahan seluas 2,5 hektare yang dimilikinya, 34 jenis sayur-mayur di antaranya cabai, sawi, tomat, kangkung, kol, bawang, dan bayam berjejer tumbuh subur.
Seperti cara tanam organik umumnya, perawatan tanaman yang dilakukan Ari sepenuhnya dengan cara alami. Dia mencontohkan hewan yang menjadi hama bagi tanamannya dihalau dengan cara non-kimia seperti dengan tanaman yang tidak disukai hewan-hewan itu serta penerapaan teknologi sederhana sebagai jebakan untuk serangga.
"Misal untuk mengusir tikus, saya gunakan buah-buah tertentu. Kalau hama jenis serangga umumnya pakai jebakan lampu," dia mengungkapkan.
Peminat hasil tanam organik diakui laki-laki yang sempat bekerja sebagai pegawai pemerintahan itu terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang keamanan pangan. Bahkan, kini selain melayani keutuhan pasar, hasil panennya juga telah dilirik pemerintah untuk disalurkan ke keluarga yang masuk dalam program-program kesejahteraan.
"Barang (hasil panen) habis terus, rata-rata 400 pelanggan setiap bulannya datang ke sini untuk membeli," ungkap Ilham Ari Wibadi di sela merawat tanamannya, Jumat (15/5/2020).
Saksikan video pilihan berikut ini:
Nilai Luhur Pertanian Putus Peran Tengkulak
Keberhasilan Ari saat ini bukan datang tanpa berpeluh, melainkan buah dari strategi pemasaran dan komitmen menjaga nilai luhur bertani untuk kebaikan semua orang. Nilai luhur yang dijaga itu juga demi memenuhi kebutuhan pangan aman untuk pelanggannya yang sebagian adalah anak-anak berkebutuhan khusus yang butuh makanan yang tidak mengandung kimia.
"Kita jual hasil panen ke konsumen dengan harapan peroleh untung yang halal. Tapi kalau barang yang kita kasih tidak aman dan mungkin berbahaya, itu rasanya tidak adil dan zalim," dia menutur.
Mengenai pemasaran, Ari bercerita, dengan pola tanam organik dia bisa melepaskan diri dari jeratan tengkulak yang mengendalikan harga di pasaran, yang dinilainya merugikan petani karena bisa terus berubah.
"Tanaman organik punya daya saing penjualan karena punya kualitas keamanan, beda dengan hasil tani konvensional yang banyak di pasaran sehingga cenderung mengikuti harga yang berubah-ubah," ceritanya.
Nilai-nilai bertani itu juga disebarkan petani dengan 13 pekerja tersebut ke petani lainnya yang meminati pola organik di beberapa daerah di Sulawesi Tengah. Ari menyebut petani binaannya hingga saat ini mencapai 360 orang.
"Rasanya senang bisa membagikan pengalaman baik untuk banyak orang," Ari memungkasi.
Advertisement