28-5-1998: Kemarahan Dunia pada Uji Coba Nuklir Pakistan

Para pejabat Pakistan mengatakan, perangkat itu diledakkan di bawah tanah pada pukul 10.30 GMT waktu setempat di wilayah Baluchistan dekat perbatasan dengan Afghanistan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 28 Mei 2020, 06:00 WIB
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Tepat hari ini, 22 tahun silam Pakistan meledakkan lima perangkat nuklir bawah tanah dalam menanggapi uji coba nuklir India dua pekan sebelumnya.

Langkah ini telah memprovokasi kecaman di seluruh dunia dan kekhawatiran akan konflik nuklir di salah satu kawasan yang paling bergejolak di Bumi, demikian dikutip dari laman BBC, Kamis (28/5/2020).

"Kami tidak pernah ingin berpartisipasi dalam perlombaan nuklir ini," kata Nawaz Sharif, Perdana Menteri Pakistan.

Para pejabat Pakistan mengatakan, perangkat itu diledakkan di bawah tanah pada pukul 10.30 GMT waktu setempat di wilayah Baluchistan dekat perbatasan dengan Afghanistan.

Tak lama setelah itu, Perdana Menteri Nawaz Sharif berbicara kepada masyarakat di televisi dan mengatakan, lima tes oleh India telah membuat tindakan itu "tak terhindarkan".

"Hari ini adalah sejarah yang sedang dibuat," katanya.

"Hari ini Tuhan telah memberi kita kesempatan untuk mengambil langkah guna pertahanan negara kita yang tidak terhindarkan. Kami tidak pernah ingin berpartisipasi dalam perlombaan nuklir ini. Kami telah membuktikan kepada dunia bahwa kami tidak akan menerima apa yang didiktekan kepada kami."

Perdana menteri mengatakan, tanggapan Pakistan sepenuhnya didukung oleh rakyatnya dan menyerang komunitas internasional karena tanggapan yang lemah terhadap tes India.

Tetapi setelah pidato nasionalnya, dia mengatakan dia siap untuk lebih banyak pembicaraan dengan India tentang pakta non-agresi.

Ada keributan terjadi di parlemen India ketika berita itu diumumkan. Perdana Menteri India, Atal Behari Vajpayee, mengatakan tindakan Pakistan membenarkan keputusan India untuk melakukan tes sendiri.

 

Simak video pilihan berikut:


Reaksi Dunia

Tentara Pakistan (berseragam hitam) dan India dalam upacara rutin penurunan bendera di perbatasan (Reutes)

Negara-negara barat dengan cepat mengutuk tindakan Pakistan. Presiden Amerika Serikat Bill Clinton mengatakan, Pakistan telah melewatkan "peluang yang benar-benar tak ternilai" dengan tidak menunjukkan pengekangan. Dia mengatakan, Pakistan sekarang akan menghadapi sanksi.

NATO mengatakan tes itu merupakan "perkembangan berbahaya" dan juga memperingatkan sanksi.

Permusuhan ini berakar pada agama dan sejarah, dan dilambangkan dengan konflik yang berkepanjangan atas negara bagian Jammu dan Kashmir.

Sekarang mereka tidak hanya memasuki perlombaan senjata nuklir baru tetapi memperluas klub kekuatan nuklir di seluruh dunia yang meliputi Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris, Prancis, Korea Utara dan Israel.

Orang-orang optimis berharap paritas nuklir India dan Pakistan sekarang akan mengarah pada pembicaraan damai yang serius dan konstruktif.

Sementara itu, di tanggal yang sama pada 1964, bapak bangsa India, Jawaharlal Nehru, meninggal di New Delhi, setelah lebih dari setahun hingga 1963, melakukann pengobatan intensif di Kashmir.

Lalu, beberapa tahun sebelumnya, tanggal yang sama pada 1961, menandai perjalanan terakhir rangkaian kereta Orient Express. Ular besi yang legendaris itu menyudahi rute Paris ke Bukares yang telah dilaluinya bolak-balik selama 78 tahun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya