Liputan6.com, Paris - Prancis ikut mencabut izin penggunaan hydroxychloroquine bagi pasien Virus Corona COVID-19. Keputusan itu mengikuti imbauan WHO untuk menahan pemakaian obat malaria tersebut.
Dilansir France24, Kamis (28/5/2020), keputusan pemerintah Prancis ditetapkan dua hari setelah WHO menyuarakan keresehan terkait hydroxy. Obat itu biasanya dipakai untuk mengobati malaria, lupus, dan rheumatoid arthritis.
Baca Juga
Advertisement
Keputusan WHO berdasarkan sebuah studi di jurnal medis The Lancet bahwa hydroxychloroquine bisa meningkatkan ancaman kematian.
Prancis merupakan salah satu negara yang memakai hydroxy. Uni Emirat Arab dan Turki juga mengandalkan obat itu untuk meredakan Virus Corona.
Presiden AS Donald Trump bahkan baru saja menghabiskan hydroxy. Ia meminum obat itu setelah ada dua pegawai di lingkungan Gedung Putih yang positif COVID-19.
Sebelumnya, ada studi di Prancis yang menyebut paduan hydroxychloroquine dan azithromycin (Z-pac) bisa meredakan Virus Corona. Studi itu diragukan kalangan dokter di Prancis karena sampelnya terlalu kecil.
Presiden Trump memasukan hydroxychloroquine, zinc, dan dosis awal Z-pac ketika meminum obatnya.
Bulan lalu, Badan Obat Eropa (European Medicines Agency) juga menyatakan tak ada indikasi hydroxy bisa mengobat COVID-19. Eksportir terbesar obat ini adalah India.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Terlanjur Dihabiskan Donald Trump
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menghabiskan regimen pengobatan hydroxychloroquine. Obat malaria itu nekat ia minum untuk mencegah Virus Corona (COVID-19).
Belum ada bukti kuat bahwa hydroxychloroquine sepenuhnya ampuh melawan Virus Corona. Bahkan, ada studi yang berkata efek samping obat itu bisa menambah kemungkinan kematian.
Presiden AS Donald Trump justru optimistis dan memberikan review positif pada obat itu.
"Jika kamu melihatnya, hydroxy memiliki review yang luar biasa, luar biasa, cemerlang," kata Donald Trump seperti dikutip USA Today.
Donald Trump mengaku meminum hydroxychloroquine tiap hari setelah ada dua pegawai di Gedung Putih yang positif Virus Corona . Ia berkata banyak orang berpikir obat itu menyelamatkan hidup mereka.
Obat malaria itu diminum Trump bersama zinc dan dosis awal azithromycin.
Pada awal April lalu, Presiden Trump berkata negaranya telah menyetok hingga 29 juta hydroxychloroquine. India merupakan negara terbesar pengekspor obat itu.
Hydroxychloroquine digunakan untuk mengobat malaria, serta lupus dan rheumatoid arthritis. Penelitian terbaru dari jurnal The Lancet meyebut hydroxychloroquine bisa meningkatkan risiko kematian hingga 34 persen.
Dokter di Gedung Putih juga meminta waspada mengenai pemakaian obat itu, meski Presiden Trump sendiri mengkonsuminya. BPOM di AS juga telah memberikan peringatan.
"Saya pikir FDA telah sangat jelas dalam situs mereka terkait kekhawatiran terhadap hydroxychloroquine, terutama jika dikombinasikan dengan macrolide," ujar Koordinator Virus Corona Gedung Putih, Dr. Deborah Birx.
Advertisement