Jepang Bikin Teknologi Pembasmi Virus Corona COVID-19 dengan Sinar Ultraviolet

Perusahaan dan universitas di Jepang mengembangkan teknologi untuk membasmi virus corona (COVID-19) dengan sinar UV.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 28 Mei 2020, 16:07 WIB
Sebuah lorong stasiun dipenuhi oleh para penumpang yang menggunakan masker selama jam sibuk di Tokyo, Selasa (26/5/2020). Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mencabut keadaan darurat pandemi virus corona di Tokyo dan empat wilayah lainnya pada Senin (25/5). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Tokyo - Perusahan Jepang Nikkso Co., bersama dengan Universitas Miyazaki membuat alat yang bisa basmi virus corona (COVID-19) menggunakan ultraviolet. Teknologi ini disebut Deep UV-LED.

Alat Deep UV ini diklaim bisa melemahkan virus corona dengan mengurangi kapasitas infeksinya hingga 99,9 persen. Deep UV juga terbukti bisa melawan zat penyebab alergi (alergen).

Dilaporkan kantor berita Kyodo, Kamis (28/5/2020), pihak Nikkiso Co. menyebut teknologi Deep UV-LED ini memiliki risiko yang sedikit bagi tubuh manusia.

Eksperimen yang dilakukan perusahaan adalah dengan memaparkan light-emitting diodes ke kultur cair COVID-19 selama 30 detik. Setelah ditinggalkan selama tiga hari, kapasitas infeksi virus corona itu jatuh 99,9 persen.

Pihak Universitas Miyazaki berkata teknologi LED ini bisa membantu mencegah penularan massal di rumah sakit. Tentunya, ini dipadukan dengan tindakan pencegahan.

"Bersama dengan mencuci tangan dan menggunakan pakaian pelindung, kita harus memadukan berbagai alat untuk mengembalikan kehidupan normal. Saya harap ini bisa membantu," ujar Hiroko Inagaki, asisten profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Miyazaki.

Bulan lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga sempat menyinggung pemakaian ultraviolet ke tubuh untuk melawan COVID-19.

Jepang pada pekan ini baru mencabut status darurat di negaranya. Berdasarkan data CoronaTracker, total kasus corona di Jepang saat ini mencapai 16.651 kasus dan 858 meninggal.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Obat Malaria Sudah Dilarang

Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)

WHO telah menghentikan sementara adanya pengujian obat malaria hydroxychloroquine pada pasien Virus Corona COVID-19 dengan alasan keamanan. Hal ini pun telah disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Seperti dilansir dari laman Channel News Asia, hydroxychloroquine, telah kerap kali dipuji oleh Presiden AS Donald Trump dan yang lainnya sebagai pengobatan yang mungkin untuk penyakit yang disebabkan oleh Virus Corona baru. Trump mengatakan dia menggunakan obat itu untuk membantu mencegah infeksi.

"Kelompok eksekutif telah menerapkan jeda sementara dari hydroxychloroquine dalam uji Solidaritas, sementara data keselamatan kini masih ditinjau oleh dewan pemantauan keamanan data," ujar Tedros pada briefing onlinenya. 

Meskipun demikian, ia mengatakan bahwa jenis lain dari percobaan yang telah menjadi bagian dari inisiatif internasional utama untuk mengadakan tes klinis pengobatan potensial untuk virus akan terus berlanjut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya