Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini tidak dimungkiri telah mengubah perilaku beli dan pengeluaran belanja masyarakat. Hal itu ditunjukkan pula melalui laporan terbaru dari GfK lewat riset Consumer Pulse.
Dalam riset ini, GfK melakukannya pada 500 hingga 100 konsumen dari setiap negara setiap minggunya. Riset ini dilakukan untuk menggali lebih dalam perilaku konsumen saat ini dan di masa mendatang, gaya hidup, dan mood di 30 negara, termasuk Indonesia.
"Hasil riset ini menyediakan informasi mendalam sebagai referensi bagi pelaku bisnis dan pemilik merek di berbagai kategori untuk mengeksplorasi peluang yang dapat memberikan dampak positif," tutur Regional Lead GfK Digital Research Asia Pasifik dan Timur Tengah, Karthik Venkatakrishnan, dalam keterangan resmi yang diterima, Kamis (28/5/2020).
Baca Juga
Advertisement
Adapun salah satu hasil riset ini menunjukkan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), membuat waktu yang dihabiskan masyarakat beraktivitas di luar rumah berkurang 80 persen.
Beberapa responden yang melakukan work from home, 50 persen di antaranya mengaku melakukannya secara full time.
Catatan yang sama juga berlaku untuk siswa sekolah, sebab ada penerapan kebijakan penutupan sekolah yang dilakukan sejak Maret 2020. Karenanya, 55 persen responden pelajar lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah.
Dengan kondisi tersebut, waktu luang yang dimiliki masyarakat Indonesia pun mengalami peningkatan sebesar 51 persen. Waktu luang itu pun dimanfaatkan untuk melakukan sejumlah aktivitas.
Beberapa aktivitas itu adalah menjelajah internet, menonton video, membaca atau menonton berita, menonton serial dan drama TV, mendengarkan streaming music, menghubungi keluarga atau kerabat lewat aplikasi video call, dan berbelanja online.
Aktivitas Berbelanja Online
Meski ada peningkatan aktivitas berbelanja online, riset ini menunjukkan setengah dari responden ternyata masih memilih berbelanja langsung di toko dibandingkan belanja melalui kanal daring.
Sementara pengeluaran untuk berbelanja online di masa sekarang, ternyata lebih banyak diarahkan untuk membeli kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, produk kebersihan, dan perawatan pribadi. Peningkatan juga terjadi di kategori lain, seperti hiburan, kecantikan, dan produk keuangan.
Lalu untuk pengeluaran barang-barang elektronik, seperti smartphone, komputer, termasuk peralatan rumah tangga, perawatan mobil hingga jasa renovasi rumah, responden banyak yang memilih untuk menundanya.
Advertisement
Penjualan Ritel Barang Elektronik
Di sisi lain, hasil penelitian Point of Sales GfK memang menunjukkan penjualan ritel barang-barang elektronik sangat terdampak kondisi pandemi Covid-19. Riset mencatat ada penurunan lebih dari 60 persen nilai penjualan pada awal April 2020 dibandingkan periode sama di tahun lalu.
Tiga kategori yang terdampak kondisi ini adalah smartphone, tablet, dan TV. Kendati demikian, sebagian besar responden Indonesia, sebanyak 44 persen, optimistis situasi akan membaik dalam 12 bulan ke depan.
Salah satunya adalah mayoritas penduduk Denpasar (77 persen), yang sebagian besar kehidupannya bergantung pada sektor tourism dan hospitality, menaruh kepercayaan yang cukup besar kondisi ekonomi akan segera pulih.
"Aturan PSBB di Indonesia mendorong perubahan yang signifikan terhadap kebiasaan dan gaya hidup konsumen, termasuk penundaan pembelian barang dengan harga atau nilai tinggi. Namun demikian, masyarakat Indonesia percaya ekonomi akan pulih pasca krisis, " tutur Karthik
(Dam/Ysl)