Peneliti: Pasien Kanker Positif Corona Diobati Hydroxychloroquine Berisiko Meninggal

Peneliti di AS menjelaskan risiko kombinasi Hydroxychloroquine untuk pasien kanker dengan Corona COVID-19.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 29 Mei 2020, 11:56 WIB
Obat Malaria Hydroxychloroquine. (AP / John Locher)

Liputan6.com, Chicago- Pada Kamis 28 Mei 2020, para peneliti di As melaporkan bahwa pasien kanker dengan Corona COVID-19 yang diobati dengan kombinasi obat yang dipromosikan oleh Presiden AS Donald Trump untuk melawan Virus Corona COVID-19 berpotensi meninggal dunia. Bahkan tiga kali lebih mungkin dalam 30 hari, dibandingkan mereka yang hanya mendapatkan obat itu saja.

Para peneliti mangatakan hasil awal menunjukkan dokter mungkin harus menahan diri untuk meresepkan hydroxychloroquine, yaitu pengobatan malaria yang sudah berumur puluhan tahun dengan antibiotik azithromycin untuk pasien-pasien Corona COVID-19 ini. Paling tidak sampai penelitian lebih lanjut dilakukan.

Pimpinan American Society of Clinical Oncology (ASCO), Dr. Howard Burris mengatakan dalam sebuah briefing dengan wartawan tentang hasil penelitian bahwa perawatan dengan hydroxychloroquine dan azithromycin sangat terkait dengan peningkatan risiko kematian. 

Dr. Jeremy Warner dari Vanderbilt University Medical System mengatakan kepada wartawan bahwa mengambil kombinasi ini memberikan tiga kali peningkatan risiko kematian dalam 30 hari karena sebab apa pun," seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (29/5/2020).

Saksikan Video Berikut Ini:


13 Persen Pasien Meninggal Dalam 30 Hari

Gambar ilustrasi diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Food and Drug Administration AS menunjukkan Virus Corona COVID-19. (US Food and Drug Administration/AFP)

Antara bulan Maret dan April, Dr. Jeremy Warner dan rekannya menganalisis data pada 925 pasien kanker yang terinfeksi dengan Corona COVID-19. Dalam waktu 30 hari, 13 persen pasien meninggal setelah diagnosis mereka.

Penyedia layanan kesehatan telah mendapatkan izin dari US Food and Drug Administration untuk meresepkan obat tersebut untuk Corona COVID-19 melalui otorisasi penggunaan darurat, tetapi belum menyetujui perawatannya.

Penemuan Dr. Jeremy Warner ia katakan sebagian besar konsisten dengan analisis retrospektif yang diterbitkan pekan lalu di jurnal medis Lancet yang mengamati lebih dari 96.000 orang dirawat di rumah sakit dengan Corona COVID-19. Studi tersebut menemukan bahwa hydroxychloroquine dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian dan masalah detakan jantung.

Kepala Staf Medis ASCO, Dr Richard Schilsky mengatakan bahwa pengobatan hanya boleh digunakan dalam konteks uji klinis, sesuai panduan FDA.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya