Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi kecil memperlihatkan ada kerusakan pada plasenta ibu yang terinfeksi COVID-19. Namun, terlalu dini jika mengatakan hal tersebut berdampak buruk bagi bayi karena berdasarkan studi ini, sebagian besar ibu hamil yang terinfeksi COVID-19 melahirkan bayi sehat cukup bulan.
Peneliti melibatkan 16 ibu hamil yang positif COVID-19. Hasilnya, di plasenta ada gumpalan darah dan tanda-tanda kurang normal pada aliran darah ibu dan bayi. Namun, tidak ada bukti pasti ada peran virus Corona di balik kelainan tersebut.
Advertisement
Melihat temuan tersebut peneliti juga melihat bayi yang lahir sehat, sehingga tampaknya efek pada plasenta tersebut tidak terlalu berarti pada kesehatan bayi. Bahkan, pada plasenta dengan kondisi kurang baik masih dapat memasok nutrisi cukup untuk janin.
"Bahkan bila hanya setengah yang berfungsi, sebagian besar janin akan lahir dalam kondis sehat-sehat saja," kata Asisten Profesor Obstetri dan Ginekologi NorthwesternUniversity Feinberg School of Medicine di Chicago, Emily Miller melansir Live Science, Sabtu (30/5/2020).
Tetap Perlu Dipantau Ketat
Meski hasil studi menunjukkan sebagian besar bayi yang lahir sehat, peneliti menyarankan agar tetap memonitor secara ketat ibu hamil dengan COVID-19.
Pemantauan diantaranya adalah pengecekan USG secara berkala untuk mengetahui pertumbuhan hingga detak jantung janin.
Plasenta merupakan bagian vital bagi janin karena menyuplai oksigen dan nutrisi kepada janin. Dalam beberapa infeksi virus seperti Zika, terdapat hal yang tidak normal pada plasenta. Namun, pada kasus virus Corona dalam studi kecil ini tidak memperlihatkan dampak signifikan dan bayi tampak lahir dalam kondisi sehat.
Advertisement