Cerita Akhir Pekan: Sandungan Terbesar Orang Indonesia Saat Menyambut New Normal

New Normal merupakan skenario untuk mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi di Indonesia.

oleh Henry diperbarui 30 Mei 2020, 08:31 WIB
Warga Bogor memadati Pasar Anyar untuk membeli kebutuhan lebaran. Sejak jelang puasa, pasar terbesar di Kota Bogor ini ramai dikunjungi warga. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Jakarta - Usai menjalani Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan karantina mandiri, Indonesia kini bersiap untuk menghadapi New Normal atau Normal Baru. Presiden Joko Widodo mengatakan New Normal merupakan momen bagi masyarakat Indonesia untuk berdamai dengan COVID-19.

Namun, bukan hanya sekadar beraktivitas normal seperti biasa di tengah pandemi Corona, New Normal memiliki berbagai ketentuan dan syarat seiring dengan aktivitas masyarakat yang kembali normal.

New Normal sendiri, merupakan sebuah istilah dalam ekonomi dan bisnis, merujuk pada kondisi ekonomi di tengah krisis finansial. Bisa dibilang, New Normal merupakan skenario untuk mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi.

Pemerintah telah mengumumkan rencana ini dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional. Rencananya kebijakan ini akan dimulai pada awal Juni mendatang, tentunya kalau tidak ada masa perpanjangan PSBB. Penerapan New Normal akan dilakukan secara bertahap. Lalu, apakah masyarakat kita setuju dengan rencana kebijakan tersebut, dan apakah mereka sudah siap?

Bagi Indah yang tinggal di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, penerapan New Normal memang harus segera dilakukan dan momennya sudah tepat. Setelah berbulan-bulan harus berada di rumah, ini saatnya masyarakat kembali beraktivitas di luar rumah. Alasannya, kasus positif corona di beberapa daerah seperti di Jakarta sudah mulai menurun.

Selain itu, perekonomian sudah sangat menurun sehingga harus berjalan lagi dengan penerapa new normal. Menurut ibu dua anak yang bekerja di sebuah biro hukum ini, tentunya kita harus siap dengan berbagai perubahan dan prosedur yang harus diikuti.

"Pastinya ini kan bertahap jadi bukan berarti semua harus keluar rumah dan semua tempat umum dibuka lagi. Kita harus menyesuaikan diri dulu, seperti harus lebih menjaga kebersihan dengan memakai masker dan membawa hand sanitizer. Begitu juga di tempat-tempat umum harus ada fasilitas kebersihan dan pemeriksaan kalau mau memasuki satu tempat," tutur Indah saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 28 Mei 2020.

Pendapat berbeda dipaparkan Indra Budiman, seorang warga Bekasi, Jawa Barat. Ia mengatakan kebijakan New Normal memang harus dijalankan karena kita tidak bisa menunggu adanya vaksin Covid-19 untuk bisa beraktivitas kembali di luar rumah. Namun pria yang punya usaha di bidang properti ini menyarankan kebijakan tersebut dimatangkan lebih dulu dan jangan dalam waktu dekat ini.

Load More

Pertimbangan dan Rencana Matang

Aktivitas pengunjung di Sumarecon Mall Bekasi, Jawa Barat, Kamis (28/5/2020). Sumarecon Mall Bekasi akan menjadi mal percontohan dalam menerapkan New Normal di bidang perniagaan yang rencananya akan dibuka secara bertahap mulai 8 Juni seiring berakhirnya PSBB di Bekasi.(merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

"Di Bekasi saja masih ada beberapa zona merah walaupun kasus positif Covid-19 kabarnya sudah berkurang. Jadi harus didata dulu dengan jelas wilayah mana saja yang sudah bisa diterapkan new normal. Kalau bisa pas tempat umun kayak mal dibuka lagi, pengunjungnya dibatasi atau waktu berada di mal dibatasi supaya jangan terlalu ramai dulu," terangnya saat dihubungi melalui telepon, Kamis, 28 Mei 2020.

"Caranya bisa dengan memakai scanner ponsel atau titip KTP buat yang masuk mal atau tempat umum lainnya. Bisa juga buat yang mau keluar rumah melapor atau didata di RT atau RW setempat. Jadi persiapannya harus benar-benar matang sebelum dijalankan," sambungnya.

Sedangkan menurut budayawan Butet Kertaradjasa, rencana penerapa New Normal sudah pas momennya. Pria yang juga dikenal sebagai aktor film dan teater ini meyakini keputusan pemerintah tentunya sudah melalui beragam pertimbangan dan rencana yang matang.

"Kalau memang ketentuannya begitu, ya kita harus patuh. Pemerintah kan pasti mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan dan memutuskan apa yang terbaik buat kita. Ya kita memang harus siap dengan perubahan, kalau tidak siap ya kita nggak bergerak maju," ucap Butet saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 28 Mei 2020.

"Nanti akan ada prosedur yang harus dijalani kalau kita mau keluar rumah atau mau ke suatu tempat, ada protokol kesehatan dan lainnya. Jadi ya kita ikuti saja penerapan New Normal ini supaya nggak banyak jatuh korban lagi karena Covid-19 ini," lanjutnya.

Butet juga berharap kebijakan ini maupun pandemi yang terjadi saat ini jadi momen bagi bangsa Indonesia untuk mempererat persatuan, bukan justru sebaliknya.

"Jangan saling menyalahkan, kalau kita tidak bisa bersatu, negara lain pasti melihat karena ini kan masalah global bukan cuma di Indonesia. Jadi ini momen bagi kita untuk bersatu, jangan terlalu baper atau dibawah ke masalah politik. Beda pendapat pasti ada, itu wajar saja, semuanya butuh proses,," pungkasnya.


4 Anak Tangga

Aktivitas di Pasar Tradisional Lemabang Palembang yang menerapkan aturan social distancing PSBB (Liputan6.com / Nefri Inge)

Lalu, sudah siapkah kita? Menurut sosiolog yang juga Dosen Tetap FISP Universitas Indonesia, Imam B Prasodjo, menerapkan perilaku baru dan disiplin dalam melaksanakannya memang tak mudah.

Setidanknya ada empat anak tangga atau tahap yang harus dilalui. Pertama, Tahu (recognizing) ada protokol kesehatan yang harus dipatuhi. Kedua, Mengerti (understanding). Ketiga, Sadar (realizing) dan keempat, Melakukan (acting).

Dalam pesan elektroniknya, Jumat, 29 Mei 2020, Imam Prasodjo menegaskan, berapa lama tiap anak tangga akan dilalui sebelum menuju anak tangga keempat, tidak bisa diketahui dengan pasti.

"Prosesnya bisa lebih cepat bila dibarengi dengan sosialisasi massive, membuka ruang selebarnya untuk learning by example (belajar dengan mengikuti figur dan kelompok keteladanan), pengawasan intensif," jelasnya.

Ia menambahkan, seluruh kekuatan pendorong perilaku harus dikerahkan, termasuk tokoh-tokoh komunitas), tak hanya oleh aparat/petugas pemerintah.

Sementara Psikolog Maharani Putri menegaskan, mau tidak mau kita semua harus siap menghadapi perubahan seperti kebijakan New Normal. Setelah lama lebih banyak berada di rumah, kini kita harus beradaptasi kembali untuk kembali ke luar rumah, tapi dengan cara yang baru.


Perbesar Rasa Toleransi

Foto udara kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Minggu (3/5/2020). Pemprov DKI Jakarta telah menutup sementara 126 perusahaan yang melanggar Pergub Nomor 33 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Penanganan COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

"Sebaiknya kita kenali pikiran, perasaan dan reaksi kita terhadap hal-hal yang terkait dengan pengalaman yang telah terlewati terutama terkait Covid-19. Pahami bahwa semua orang melalui hal yang sama “bukan hanya terjadi pada diri sendiri” sehingga kita harus perbesar rasa toleransi," tuturnya saat dihubungi melalui telepon, Jumat, 29 Mei 2020.

"Begitu pula dengan perusahaan, pasti akan ada perubahan, beradaptasi lah dengan cepat, ini waktunya mengerahkan seluruh kemampuan kita untuk berhadapan dengan ketidakpastian. Agar tetap memiliki rasa aman, pastikan apa yang bisa Anda pastikan, kontrol apa yang bisa Anda control," lanjutnya.

Ia menambahkan, bersihkan mindset kita dan jangan terpaku dengan “dulu..... “ karena yang kita hadapi adalah masa sekarang. Jadi berpijak dengan realita akan sangat membantu kita dalam menjalani New Normal.

Buat mereka yang kesulitan mengatasi kecemasannya, maka bisa mencari bantuan profesional konselor/psikolog untuk melakukan pendampingan.

Menurut psikolog yang akrab disapa Putri Langka ini, menjalani new normal dengan aman bagi semua orang juga merupakan tanggung jawab kita bersama. "Jadi daripada saling menyalahkan lebih baik saling mengingatkan," pungkasnya.


Saksikan video pilihan di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya