Populasi Babi di AS Melonjak Selama Pandemi COVID-19

Kelebihan populasi babi selama masa pandemi COVID-19 mendorong produsen daging babi terbesar di Iowa, Amerika Serikat membunuh ribuan babi dengan metode pemusnahan massal yang mengerikan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 02 Des 2020, 20:16 WIB
Ilustrasi babi | Via: liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta Kelebihan populasi babi selama masa pandemi COVID-19 mendorong produsen daging babi terbesar di Iowa, Amerika Serikat untuk membunuh ribuan babi dengan metode pemusnahan massal yang mengerikan.

Sebuah penyelidikan mengungkapkan Iowa Select Farms tertangkap kamera menggunakan teknik pemusnahan babi yang disebut "penghentian ventilasi". Para peternak menutup saluran udara dan memompa uap panas ke kandang mereka dalam waktu yang lama,  seperti dilaporkan The Intercept (29/5/2020), melansir New York Post (30/5/2020).

Cuplikan dari praktik tersebut mengungkapkan rintihan memilukan dari babi-babi sebelum mati pada suhu lebih dari 120 derajat. Ada beberapa babi yang selamat sementara dikelilingi oleh tumpukan mayat babi lainnya.

“Peternak mematikan kipas ventilasi, dan memanaskan gedung. Itulah rencananya. Mengerikan. Mereka telah membunuh hewan-hewan itu, di sebuah gudang dengan generator gas,” kata seorang pelapor.

Peternakan mulai menggunakan metode eksekusi ini pada akhir April untuk mengurangi populasi babi setelah pabrik pemrosesan daging ditutup karena pandemi.

Simak Video Berikut Ini:


Rangkaian Penyiksaan Babi

Peternakan babi yang berpusat di Iowa City melakukan serangkaian penyiksaan sebelum memberlakukan operasi tersebut.

“Hari pertama mereka mematikan semua kipas dan menyalakan suhu panas. Setelah empat hingga lima jam, tidak ada satupun hewan yang mati. Ada upaya untuk mendorong uap ke dalam gedung, bersama dengan panas dan penghentian ventilasi, dan itulah cara mereka akhirnya menyempurnakan operasi mereka," kata pelapor.

Peternakan AS lainnya mulai membunuh anak babi yang baru lahir, membunuh ayam dengan gas dan menggugurkan kandungan karena persediaan terlalu banyak dan permintaan terlalu sedikit yang dipicu oleh virus corona pada April.

Eksekusi itu adalah hasil dari industri daging yang boros dan tidak efisien. Pada akhirnya, mereka menyiksa hewan untuk mengurangi populasi, kata aktivis hak-hak hewan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya