Liputan6.com, Jakarta - Masa pandemi corona Covid-19 bukan berarti tak bisa untuk menonton teater, salah satunya lewat streaming rekaman. Hal itu dilakukan Bakti Budaya Djarum Foundation dan Indonesia Kaya.
Program #NontonTeaterDiRumahAja mengangkat lakon Sinden Republik yang dapat disaksikan pada Sabtu, 30 Mei dan Minggu, 31 Mei 2020 pukul 15.00 WIB di website www.indonesiakaya.com serta channel YouTube Indonesia Kaya. Trio kreatif Indonesia Kita yang terdiri dari Butet Kertaradjasa, Agus Noor, dan almarhum Djaduk Ferianto ini menggandeng budayawan Sujiwo Tejo sebagai sutradara untuk pementasan ini.
Baca Juga
Advertisement
"Pementasan ini juga menghadirkan para sinden yang konsisten menekuni musik tradisi dengan suara emas mereka. Bertemunya para sinden dengan para komedian-komedian senior menjadi satu adegan penuh spontanitas kocak yang menghibur para penikmat seni selama #dirumahaja,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Sabtu, 30 Mei 2020.
Pementasan ini dikolaborasikan dengan para penyanyi perempuan berbasis tradisi, seperti Soimah, Endah Laras, Sruti Respati, Megan Colleen O’Donoghue, dan Rita Tila. Mereka beradu teknik bernyanyi sekaligus bermain bersama para komedian seperti Miing Bagito, Cak Lontong, Butet Kartaredjasa, Akbar, Sahita, Trio GAM, dan lain-lain.
Selain mengajak para penikmat seni untuk #NontonTeaterDiRumahAja, Indonesia Kaya bekerjasama dengan Happy Salma, Butet Kartaredjasa dan Ratna Riantiarno juga mengajak penikmat seni ikut memberikan dukungan untuk pekerja seni panggung budaya.
Musibah corona Covid-19 yang terjadi pada 2020 ini membuat banyak acara seni, khususnya seni pertunjukan panggung yang mengalami pembatalan. Hal ini memberikan dampak yang keras bagi ribuan pekerja seni di Indonesia yang menjadikan seni panggung sebagai sumber penghasilan utama mereka. Masyarakat bisa menyalurkan donasinya melalui Kitabisa.com.
Donasi untuk Pekerja Seni Panggung Budaya
Lakon Sinden Republik yang ditayangkan ini merupakan rekaman dari pementasan yang diselenggarakan pada 29-30 Mei 2015 di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Sinden Republik ini berkisah mengenai obsesi Sinden Sepuh yang prihatin melihat murid-muridnya belum bisa memaknai hakikat seorang sinden. Ia kemudian mengutus para muridnya untuk menemukan seorang sinden kenamaan yang melegenda bernama Ngatijah. Pesinden yang tidak diketahui dimana rimbanya ini konon kabarnya memiliki rajah di punggungnya. Rajah di punggung sinden itulah, kunci yang harus ditafsirkan, dibedah dan dimaknai kembali, agar relevan dengan kondisi sosial politik yang sedang berlangsung.
Rajah di punggung sinden itu adalah jejak sejarah yang ditorehkan para pemimpin bangsa ini. Saat mencari sinden itulah, perlahan-lahan banyak hal terkuak dan terbuka, menyangkut sejarah yang selama ini ditutup-tutupi. Perjalanan mencari sinden itu menjadi perjalanan menelusuri sejarah para tokohnya, yang kemudian mengetahui masa lalunya.
“Pementasan ini mengajak masyarakat untuk tidak hanya melihat suatu hal sekedar hitam dan putih, tapi berpikir kritis untuk mencari makna lain yang tersirat di dalamnya. Penonton tidak hanya melihat suka duka dunia sinden, tetapi juga merefleksikan bermacam persoalan berbangsa dan bernegara yang masih berkorelasi hingga saat ini, seperti korupsi, persoalan ekonomi hingga pentingnya merawat seni dan kebudayaan tanah air,” ujar Sujiwo Tejo.
Advertisement