Memahami Tahap Perkembangan Kecerdasan Anak yang Ditentukan pada 1000 Hari Pertama Pasca Kelahiran

Pertumbuhan dan kecerdasan anak akan sangat optimal dalam 1000 hari pertama kelahiran. Periode ini biasa juga disebut dengan window of oppurtunity atau periode emas.

oleh Arie Nugraha diperbarui 01 Jun 2020, 11:00 WIB
Bayi perempuan (iStockphoto)

Liputan6.com, Bandung - Pertumbuhan dan kecerdasan anak akan sangat optimal dalam 1000 hari pertama kelahiran. Periode ini biasa juga disebut dengan window of oppurtunity atau periode emas.

Dengan mencukupi kebutuhan anak sejak masa kehamilan sampai usia anak 2 tahun, akan semakin banyak jaringan saraf yang tersambung dan makin cepat anak menangkap informasi. Proses perkembangan pun akan semakin sempurna dan anak akan tumbuh cerdas.

Dicuplik dari makalah berjudul Gizi dan Perkembangan Kecerdasan Anak milik dokter spesialis anak Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung Julistio Djais, bayi mungil yang baru lahir merupakan makhluk yang membutuhkan asuhan dan mempunyai hak untuk dapat tumbuh kembang dengan optimal. Sehingga, suatu ketika ia menjadi dewasa, ia akan menjadi manusia yang berkualitas.

“Tumbuh kembang yang dialaminya adalah suatu proses perubahan biologis, psikologis dan emosional yang terjadi sejak lahir sampai remaja. Berbagai faktor mempengaruhi proses ini, mencakup genetik, gizi, kesehatan dan stimulasi yang diberikan oleh lingkungan hidupnya,” jelas Julistio Djais.

Djais menyampaikan bahwa ada beberapa pembagian periode usia perkembangan anak, antara lain bayi baru lahir (0 – 4 minggu), bayi (4 minggu – 1 tahun), toddler (1 – 3 tahun), prasekolah (4 – 6 tahun), anak usia sekolah (6 – 12 tahun), dan remaja (13 – 20 tahun). Dalam perkembangan bayi, dikenal 3 kelompok perkembangan yang saling berkaitan, yaitu perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan emosional.

Perkembangan kognitif ini kata Djais, yang dimaksud dengan perkembangan kecerdasan anak. Perkembangan kognitif yang mempengaruhi tingkat kecerdasan anak mempunyai beberapa tahap, yaitu sensorimotor stage atau periode sejak bayi lahir sampai usia 2 tahun, dimana pemahaman bayi mengenai lingkungan masih terbatas pada persepsi sensoris dan aktivitas motoriknya. Perilaku yang tampak merupakan respons motorik sederhana terhadap stimuli sensoris.

“Yang menarik ketika bayi mencapai usia 7 – 9 bulan, ia mulai mengembangkan yang dinamakan object permanence. Ia mulai mempunyai kemampuan untuk mengerti bahwa objek tetap ada walau tidak terlihat. Sebagai contoh bila mainan favoritnya disembunyikan di bawah selimut, meskipun dia tidak dapat melihat dia akan berusaha mencari di bawah selimut,” terang Djais.

 

 


Periode 2-6 Tahun

Tahap selanjutnya sebut Djais, adalah preoperational stage atau periode antara usia 2 – 6 tahun ketika anak belajar menggunakan bahasa. Pada tahap ini anak belum mengerti logika, belum dapat dimanipulasi dengan informasi dan belum dapat melihat dari sisi orang lain. Pada periode ini, anak mulai menganalisis simbol, khususnya kata dan bentuk atau gambar.

Disebut preoperasional karena saat ini anak belum mampu mengoperasikan aspek kognitif spesifik, seperti hitungan matematik. Sebagai tambahan untuk penggunaan simbol, anak suka berpura-pura memainkan peran seorang tokoh seperti superman, guru dan lain-lain.

"Kemudian, tahap concrete operational stage atau periode antara 7 – 11 tahun, dimana anak mulai memahami operasi kognitif, anak mulai berpikir logis tentang kejadian nyata, tapi masih susah memahami konsep abstrak atau yang berkaitan. Dalam analisis simbol, ia sudah mampu memahami arti beberapa simbol tokoh dan mampu berganti-ganti dalam aksi meniru berbagai simbol tokoh tokoh tersebut," lanjut Djais.

Terakhir ungkap Djais, tahap formal operational stage atau periode antara usia 12 tahun sampai dewasa, dimana anak mulai mengembangkan kemampuan berpikir tentang konsep abstrak, kemampuan berpikir logis, mencari alasan rasional, dan membuat rencana yang sistematis. Tentu saja semuanya itu ucap Djais, harus terdapat peran gizi dalam perkembangan kecerdasan anak sangat penting khususnya dalam 1000 hari pertama kehidupan anak.


Pentingnya Gizi bagi Perkembangan Otak

Dalam 1000 hari adalah dari saat konsepsi sampai usia 2 tahun. Perkembangan optimal perlu didahului oleh terjadinya pertumbuhan otak bayi yang optimal.

Pertumbuhan otak bayi berlangsung dengan cepat pada saat dalam kandungan sampai tahun-tahun pertama kehidupan bayi. Pada saat ini, zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak harus terpenuhi dengan memadai.

“Ini berarti untuk perkembangan kecerdasan anak, yang paling penting adalah terpenuhinya kebutuhan makan saat ibu hamil dan menyusui dan bayi di tahun pertama,” ujar Djais.

Zat gizi dibutuhkan untuk pertumbuhan dari axon, dendrite, pembentukan synaps, dan lapisan axon yang disebut myelin, yang merupakan lapisan lemak untuk mempercepat perjalanan impuls syaraf. Kekurangan energi, protein, asam lemak khususnya asam lemak tak jenuh rantai panjang AA dan DHA, dan beberapa mineral khusus seperti zat besi, yodium, zinc, kalsium, asam folat dan vitamin A dapat mengganggu proses ini.

Selain gizi tutur Djais, untuk perkembangan kecerdasan bayi juga diperlukan stimulasi yang sesuai sehingga synaps-synaps berkembang dengan baik. Dikenal periode kritis dan periode sensitif pada bayi.

Periode kritis menurut Djais akan berlangsung sampai bayi berusia 1 tahun, dimana dibutuhkan kecukupan zat gizi untuk pertumbuhan otak bayi dan periode sensitif sampai usia 3 tahun dimana pentingnya stimulasi yang sesuai dalam mengembangkan synaps-synaps dalam otak bayi. Otak bayi baru lahir mempunyai synaps yang lebih banyak dari dewasa oleh karena over produksi dari synaps (synaptogenesis).

“Bila bayi tidak mengalami stimulasi yang memadai, maka synaps tidak terpakai dan terjadi reduksi synaps. Hal ini dikenal dengan istilah proses blooming dan pruning,” kata Djais.

Jenis stimulasi yang dibutuhkan bayi untuk berkembang dengan optimal bervariasi waktunya. (Arie Nugraha)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya