Pengusaha Hotel Butuh Modal Hadapi New Normal

Industri perhotelan disebut tidak menerima pendapatan selama pandemi, terhitung dari Maret 2020

oleh Athika Rahma diperbarui 01 Jun 2020, 16:00 WIB
Ilustrasi kamar hotel. (dok. pexels.com/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran membeberkan kondisi terkini soal bisnis hotel dan restoran di tengah pandemi Corona.

Perusahaan disebutkan tidak menerima pendapatan selama pandemi, terhitung dari Maret 2020 bahkan minus karena perusahaan tetap mengeluarkan biaya perawatan hotel dan restoran.

Apalagi, skema New Normal yang kemungkinan besar bakal berlaku di Indonesia diprediksi bakal menambah beban operasional perusahaan karena harus menyiapkan protokol kesehatan, sepertinya penyediaan kelengkapan kesehatan dan lainnya.

"Biasanya dari Maret-April okupansinya tumbuh. Umumnya bulan puasa agak turun, tapi lebaran naik. Loss ocupancy dari Maret sudah 95-98 persen bahkan 100 persen. Total loss per bulan bisa 100 persen bahkan minus, sejak Maret," ujar Maulana saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (31/5/2020).

Dirinya berujar, saat ini perusahaan membutuhkan modal untuk memulai kembali usaha di jika New Normal diterapkan.

Banyak biaya yang harus dikeluarkan, seperti perawatan gedung hotel, pengadaan barang untuk protokol kesehatan, bahkan mungkin untuk membayar utang yang masih menunggak. Jika tidak mendapatkan modal kerja, maka perusahaan tidak akan bertahan lama.

 


Sambut Positif New Normal

Ilustrasi tempat tidur di kamar hotel. (dok. pexels.com/Pixabay)

Meski demikian, pihaknya tetap bersyukur jika New Normal akan diterapkan. Artinya, bisnis punya harapan untuk bangkit kembali, meskipun masih dalam tahap yang sangat awal.

"Jadi ya New Normal ini nggak happy-happy banget sebenarnya, karena ada biaya tambahan. Tapi lumayan daripada nol, meskipun nggak sepenuhnya, seenggaknya dapat pendapatan," ujarnya.

Soal karyawan, Maulana menyatakan kemungkinan akan ada perekrutan kembali meskipun tidak 100 persen, karena kebijakan physical distancing diterapkan terutama di restoran. Karyawan akan direkrut hanya sesuai dengan kuota pengunjung restoran.

"Misalnya restoran ini ada 50 kursi, karena New Normal masih physical distancing, kan, cuma 20-an saja yang terisi. Ya berarti karyawannya setengahnya juga malah mungkin kurang," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya