Politikus PDIP Ini Sebut Teror Diskusi Pemecatan Presiden di UGM bagian Trik Marketing

Hendrawan menilai, tak jarang internal panitia juga saling berebut panggung untuk berebut popularitas melalui pilihan topik seminar atau diskusi.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Jun 2020, 14:12 WIB
Penjelasan UGM dan ITS soal prediksi akhir Corona Coivid-19 di Indonesia. (Sumber: Merdeka)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota DPR Fraksi PDIP Hendrawan Supratikno menilai, tidak ada ancaman pada peserta maupun panitia diskusi di Universitas Gadjah Mada (UGM) soal pemecatan Presiden. Dia justru melihat ancaman tersebut sebagai trik pemasaran yang dibuat.

"Sejauh yang kami ikuti dan pahami, tak ada teror atau ancaman. UUD menjamin kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pikiran atau pasal 28. Yang sering terjadi, mereka menggunakan trik diancam atau diteror sebagai alat promosi agar acara menjadi menarik dan diperhatikan. Trik marketing," kata Hendrawan lewat pesannya, Senin (1/6/2020).

Hendrawan menambahkan, perizinan terkait acara juga dipenuhi dan tidak ada masalah. Dia kemudian bilang, tak jarang internal panitia juga saling berebut panggung untuk berebut popularitas melalui pilihan topik seminar atau diskusi.

"Yang meneror juga terkadang teman mereka sendiri. Ada semacam pembagian tugas, ada yang memainkan peran sebagai intel, peneror, penelpon gelap, dan sebagainya. Bila diskusi dilakukan secara ilmiah di kampus, pihak kampus akan menjamin pelaksanaannya," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Upaya Giring Opini

anggota Fraksi PDIP MPR RI, Hendrawan Supratikno. (Liputan6.com/Moch Harun Syah)

Hendrawan meragukan pengakuan terkait adanya ancaman tersebut. Dia bilang, masyarakat jangan mudah percaya dengan trik lama.

"Ini Era Reformasi. Era demokrasi. Jangan sampai kita tenggelam dalam trik-trik lama yang sudah ketinggalan semangat jaman," ucapnya.

Menurut dia, ancaman tersebut adalah strategi untuk kepentingan politik Pilpres 2024. Sehingga, citra buruk pada pemerintahan saat ini dibingkai dari sekarang.

"Ada upaya untuk menggiring persepsi bahwa pemerintahan saat ini menuju otoriterisme baru. Bagian strategi untuk degradasi citra politik dlm kontestasi 2024,"pungkasnya. 

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya