Kasus Positif COVID-19 di Dunia Lampaui 6,2 Juta, Lebih dari 2,6 Juta Sembuh

Kasus positif COVID-19 telah melampaui 6,2 juta. Namun kasus sembuh juga hampir mencapai 3 juta

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 02 Jun 2020, 13:31 WIB
Dokter Beate Krupka (tengah) memeriksa Clara terkait virus corona COVID-19 di Distrik Kreuzberg, Berlin , Jerman, Rabu (8/4/2020). Berdasarkan data Worldmeters per Minggu (12/4/2020), jumlah kasus COVID-19 di Jerman sebanyak 125.452 terinfeksi dan 2.871 meninggal. (Michael Kappeler/dpa via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus positif COVID-19 di dunia pada hari ini mencapai lebih dari 6,2 juta. Sementara, kasus sembuh secara global melampaui 2,6 juta.

Data dari Center for Systems Science and Engineering (CSSE) Johns Hopkins University pada Selasa (2/6/2020) pukul 12.49 WIB menunjukkan bahwa angka kasus positif COVID-19 mencapai 6.270.758.

Sementara itu, laman yang sama melaporkan angka kesembuhan mencapai 2.697.094. Di sisi lain kasus yang meninggal dunia mencapai 375.656.

Angka yang sedikit berbeda dicatat dalam laman Worldometer. Di waktu yang sama, tercatat ada 6.371.661 kasus positif COVID-19. Sementara angka yang sembuh dan tercatat di Worldometer mencapai 2.904.925 dengan kasus kematian mencapai 377.552.

Dalam dua laman tersebut, Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus terbanyak di dunia. Sementara di urutan kedua ada Brasil. Di bawahnya, Rusia menjadi negara ketiga kasus COVID-19 tertinggi.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini


Pandemi Ganggu Pelayanan Bagi Pasien PTM

Mahasiswa menjalani pemeriksaan suhu sebagai upaya mencegah penyebaran pandemi Covid-19 di Universitas Kedokteran Pyongyang di Pyongyang, Rabu (22/4/2020). Korea Utara memberlakukan pembatasan ketat guna mengantisipasi penyebaran pandemi yang telah menyebar hampir di seluruh dunia. (KIM Won Jin/AFP)

World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa pandemi COVID-19 telah membuat layanan kesehatan bagi pasien penyakit tidak menular (PTM) ikut terganggu.

Survei yang mereka lakukan dan dirilis Senin waktu Jenewa mengungkapkan bahwa COVID-19 berdampak pada pelayanan tersebut secara global. Namun, negara-negara berpenghasilan rendah merupakan yang paling terpengaruh. Survei tersebut dilakukan di 155 negara selama tiga pekan di bulan Mei.

"Banyak orang yang membutuhkan pengobatan untuk penyakit seperti kanker, penyakit jantung, dan diabetes belum menerima layanan kesehatan dan obat-obatan yang mereka butuhkan sejak pandemi COVID-19 dimulai," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dikutip dari laman resmi WHO.

"Sangat penting untuk negara-negara menemukan cara-cara inovatif untuk memastikan bahwa layanan bagi PTM penting untuk terus dilanjutkan, bahkan saat mereka memerangi COVID-19," ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya