Liputan6.com, Jakarta - Merintis usaha dari nol memanglah bukan perkara mudah, melainkan dibutuhkan tekad yang kuat, usaha keras, dan kemauan untuk terus belajar. Apalagi di tengah pandemi Corona covid-19 yang membuat usaha makin tertantang untuk bisa terus berkembang dan bertahan.
Hal itu dibuktikan oleh Ibu Rumah Tangga asal Lampung, Siti Maryam (50). Berawal dari kebiasaan mengolah rempah-rempah jahe, temulawak, dan kunyit untuk menjaga daya tahan tubuh sang suami, yang kala itu sedang sakit Hepatitis B. Lalu ia terlintas di 2016 untuk berbisnis rempah secara permanen, yang diberi nama “ Vista Jateku”, yang diambil dari nama suami dan singkatan Jahe, Temulawak dan Kunyit.
Advertisement
Siti pun mulai untuk menjual hasil produknya. Ternyata ia tak menyangka jika produknya digemari masyarakat sekitar. Bahkan kini produknya sudah menyebar ke wilayah Bali, Kalimantan, Jawa, Sumatera, dan lainnya.
Meskipun Siti sempat ragu karena kendala diawal merintis usaha, sebagian masyarakat masih meragukan manfaat jahe, temulawak dan kunyit yang diproduksinya. Karena mereka berpikir jamu itu masih kuno dan memiliki citarasa pait. Namun, Siti berusaha berinovasi bahwa produknya kekinian, yang bisa dikonsumsi oleh semua kalangan, mulai anak-anak hingga lansia.
Lebih lanjut Siti menuturkan berbagai kelebihan dari produknya, yakni original menggunakan 100 persen rempah-rempah segar tanpa tambahan bahan lain, sehingga jarak simpannya mampu bertahan sampai satu tahun. Selain itu, harganya juga ekonomis, ia mengaku tidak pernah menaikkan harga sejak 2016 hingga 2020 ini, hal itu merupakan salah satu strategi Siti agar produknya bisa bertahan dan diminati oleh masyarakat kalangan bawah, menegah, dan atas.
“Produk saya lokalan Indonesia, sudah sampai ke Bali, Kalimantan, Papua, Sumatera, Jawa sudah keseluruhan semua kota. Saya jual online, saya jual per 200 gram Rp 20.000, karena saya ingin menjangkau semua kalangan orang beli itu tidak kemahalan, jadi dengan kemasan ekonomis orang masih mau beli,” jelas Siti kepada Liputan6.com, Selasa (2/6/2020).
Walaupun awal-awal merintis dari 2016-2018 ia belum merasakan omzet yang besar dari penjualannya yang hanya dipatok Rp 20.000 per kemasan, namun ia masih optimis dan konsisten dengan usahanya. Hingga pada 2019-2020 mulai terasa keuntungan yang diperolehnya, meskipun tidak terlalu besar ia bersyukur bisa mengembangkan dan bertahan dengan usahanya tersebut.
Apalagi di tengah wabah pandemi covid-19, omzet penjualannya naik hingga 50 persen. Membuat dirinya semakin bersemangat untuk terus berinovasi mengembangkan produk-produk baru.
“Alhamdulillah malah naik ada pandemi sekitar 50 persen naik, dari Desember sampai sekarang pengiriman barang itu dalam satu minggu hampir setiap hari saya mengirim barang,” ujar Siti dengan nada senang.
Kendati begitu, meskipun omzetnya meningkat di tengah pandemi, tidak membuat ia menaikkan harga jual bisnis rempah-rempah ini. Ia akan tetap konsisten dengan mematok harga Rp 20.000 per Pcs, serta akan terus membuat inovasi dan produk baru.
Dalam sambungan telepon, Siti menyampaikan harapannya kepada pemerintah yakni agar pemerintah lebih memperhatikan UKM, dan dibantu terkait peralatannya. Supaya UKM mampu menghasilkan produk yang bagus dan bisa bersaing dengan produk pabrikan. Dengan dibantu peralatan maka produksi akan lebih efisien, cepat, dan juga mampu menyerap tenaga kerja.
Gendis Ayu Jahe
Tak hanya Siti yang sukses berbisnis rempah, disusul oleh Ponco Eriyanto (39) mantan pekerja swasta asal Lampung juga, yang lebih memilih membuka usaha sendiri, dibanding menjadi karyawan disebuah perusahaan.
Jika Siti memilih mengembangkan bisnis rempah Jahe, temulawak, dan Kunyit. Sedangkan Ponco lebih fokus mengembangkan bisnis rempah jahe merah saja. Nama produknya dinamai “Gendis Ayu Jahe”, yang diambil dari nama Anak pertamanya yakni gendis. Arti nama Gendis sendiri dalam bahasa Jawa berarti manis dan baik dalam segala hal, ia pun berharap usahanya akan berbuah manis sebagaimana nama produknya.
Memang usahanya ini masih terbilang baru dalam dunia bisnis rempah, namun ia mampu membuktikan sejak Mei 2019 hingga sekarang bisa bertahan dan tetap eksis. Awalnya Ponco membangun usahanya dimulai saat masih kerja tapi sambil berjualan, kemudian Ponco berpikir ia ingin fokus dalam satu bidang saja yakni berbisnis jahe merah dan memberdayakan petani sekitar rumahnya, serta ingin mengubah pola pikir masyarakat yang masih menganggap minuman rempah hanya diperuntukkan orang tua saja, tapi sebenarnya untuk semua kalangan.
“Karena saya konsepnya ingin belajar bertani ceritanya, jadi dari awal saya mulai usaha ini setelah keluar dari pekerjaan saya itu mulai menanam jahe merah sendiri karena ada pekarangan di lokasi produksi, saya juga mengajak warga di sekitar rumah saya itu mau belajar budidaya jahe merah karena banyak manfaatnya,” Jelas Ponco kepada Liputan6.com.
Selama merintis bisnis, tentunya ia menemukan kendala, yakni yang utama sulitnya birokrasi dari Pemerintah Daerah yang perannya masih kurang maksimal kepada UKM seperti dirinya. Kendati begitu, tidak membuatnya putus asa, Ponco tetap melanjutkan usahanya dan fokus dengan misi utamanya yakni memberdayakan jahe merah.
Apalagi di tengah pandemi ini permintaan akan asupan untuk menjaga daya tahan tubuh sedang naik, hal itu tentunya berimbas pada bisnis rempah Ponco. Omzet penjualannya meningkat hingga 100 persen.
“Semenjak April ada pandemi itu 100 persen naiknya lebih, jadi ada hikmahnya juga di sisi lain beberapa teman-teman UKM yang produk-produk cemilan drop sekali tapi untuk produk-produk seperti minuman herbal jahe, dan lainnya ini tuh grafiknya naik,” kata Ponco dalam sambungan telepon.
Meskipun saat ini permintaan sudah mulai menurun, tapi masih dalam batas wajar tidak tiba-tiba anjlok. Karena kebutuhan akan minuman herbal masih diminati masyarakat. Ponco menyebut hal itu tidak terlalu berpengaruh negatif pada usahanya, melainkan masih banyak potensi.
Advertisement
Tersebar di Seluruh Indonesia
Sementara itu, produk Gendis Ayu Jahe ini sudah sebar luaskan ke wilayah Kalimantan, Yogyakarta, Indramayu, Bandung, Kawarang, Jabodetabek dan lain sebagainya. Tak berhenti di situ, Ponco saat ini juga sedang fokus untuk menyasar generasi milenial agar tertarik membeli produknya.
“Saya semakin tertantang untuk masuk ke segmen milenial itu,” ungkapnya.
Karena menurut Ponco bisnis rempah ini sangat menjanjikan dan membuat dirinya tertantang untuk terus mencoba hal-hal baru, seperti menyasar segmen milenial, mengembangkan sistem penjualan agar produknya semakin dikenal luas, membantu rekan-rekan kerja sebelumnya yang terkena PHK untuk dropship, dan bahkan ingin melakukan ekspor.
Demikian, Ponco menyampaikan harapannya untuk ke depan agar pelaku bisnis sepertinya yakni UKM-UKM bisa lebih diperhatikan dan dipermudah birokrasinya oleh Pemerintah daerah. Karena ia menilai hingga saat ini Pemerintah daerah kurang berpihak kepada UKM-UKM.
“Paling tidak perhatian Pemda kepada UMKM lokal apalagi yang masih merintis sebisa mungkin dimonitor, didampingi, dikasih pendampingan supaya produknya bagus agar prosesnya juga bagus, kalau ada yang salah mereka bisa mendampingi dan mengoreksinya lebih diperkuat lagi,” pungkas Ponco diakhir obrolan.