Liputan6.com, Jakarta Imran Khan Perdana Menteri Pakistan membenarkan tentang keputusan pemerintah untuk mencabut karantina wilayah. Hal ini dikaitkan dengan kerugian ekonimi yang akan terjadi jika karantina terus dilakukan.
Pakistan telah membuka hampir semua tindakan penutupan, terutama untuk mencegah krisis ekonomi. Negara itu akan terbuka untuk pariwisata tetapi bioskop, teater, dan sekolah tetap ditutup.
Advertisement
Negara Asia Selatan yang berpenduduk 220 juta jiwa ini melaporkan 72.160 kasus virus corona baru dan 1.543 kematian, yang akhir-akhir ini melonjak hingga mencapai 80 per hari.
"Kerugian ekonomi termasuk penurunan ekspor, penurunan pendapatan 30 persen dan pengiriman uang diperkirakan akan turun dalam beberapa bulan mendatang," kata Khan Senin (1/6/2020) dikutip dari CNA (2/6/2020).
Dengan defisit fiskal yang kemungkinan akan naik setinggi 9,4 persen dan kekurangan pendapatan, Pakistan menghadapi krisis neraca pembayaran.
Negara ini tidak sanggup menandingi kerugian yang terjadi selama karantina seperti yang dilakukan banyak negara lain, tambah Khan. Dengan demikian, jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan akan bertambah.
Simak Video Berikut Ini:
Hidup Bersama Virus
Khan mengatakan, pemerintah memberikan bantuan tunai kepada orang miskin, yang tidak mungkin dilanjutkan dalam skala besar. Mengingat, sekitar 130 juta hingga 150 juta orang terkena dampak buruk dari karantina wilayah tersebut.
"Kondisi kami tidak memungkinkan kami terus memberi makan kepada mereka, berapa lama kami bisa memberi mereka uang," kata Khan.
"Virus ini akan menyebar lebih banyak. Saya harus mengatakannya dengan menyesal bahwa akan ada lebih banyak kematian. Jika orang berhati-hati mereka bisa hidup bersama virus," pungkasnya.
Advertisement