Liputan6.com, Jakarta Wacana new normal di dunia pendidikan disambut dengan reaksi yang beragam. Salah satunya komentar dari Penny Handayani, M.Psi, Psikolog.
Dosen Fakultas Psikologi UNIKA Atma Jaya, Jakarta, ini mengatakan anak-anak, terutama usia dini, tentu sangat senang. Bertemu dengan teman-teman kembali. Kemudian belajar bersama ibu guru tersayang.
Advertisement
Pada saat yang sama guru merasa lega karena dapat bersekolah seperti sediakala dan menuntaskan beban kurikulum yang terhutang selama pandemi.
Namun pada sisi lain, hal yang berbeda bagi para orangtua yang melepaskan buah hatinya ke luar rumah saat new normal dimulai. Orangtua merasa cemas dan khawatir dengan keselamatan anak mereka di sekolah terhadap ancaman COVID-19.
"Meskipun beberapa orangtua merasa lega karena anak-anak kembali bersekolah dan dapat diajar kembali oleh para guru yang lebih kompeten untuk mengejar tuntutan kurikulum yang harus dituntaskan oleh anak mereka," ujarnya kepada Fimela.com, Selasa (2/6/2020).
Lalu bagaimana agar orangtua tidak khawatir berlebih saat new normal? Berikut penjelasan psikolog Penny.
1. Afektif (sisi emosi):
Kurangi kecemasa, Lakukan regulasi diri.Kecemasan terjadi karena adanya kekhawatiran mengenai sesuai yang belum terjadi. Identifikasi pikiran-pikiran yang menjadi sumber kecemasan dan imbangi dengan pikiran yang positif.
Kondisi emosional sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik, kondisi emosi positif akan membuat meningkatkan kondisi fisikmu, sebaliknya kondisi emosi negatif akan berpengaruh dalam menurunkan kondisi fisik Anda.
Advertisement
2. Cognitif (sisi pikiran):
• Kontrol pikiran.Pikiran hanyalah pikiran. Kita punya kontrol atas pikiran kita. Pikiran yang tidak memberadayakan akan mengarahkan kita pada perilaku yang tidak berguna, dan sebaliknya
• Imbangi antara asumsi dan fakta
Asumsi seringkali menguasai kita dibandingkan fakta-fakta yang sebenarnya, maka carilah fakta-fakta untuk mengimbangi asumsi-asumsi sehingga bisa menjaga emosi dengan lebih baik. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah mencari informasi yang sahih tentang protocol kesehatan yang dilakukan di sekolah nantinya. Hubungi pihak sekolah untuk mendapatkan informasi selengkap mungkin, agar anda juga dapat menjelaskan dengan lebih baik kepada anak.
3. Behavional (sisi perilaku):
• Orangtua adalah contoh bagi anak
Orang tua mau tidak mau adalah role model untuk anak-anaknya. Mereka akan melihat bagaimana cara kita meregulasi diri selama pandemi. Hal yang sama juga berlaku pada anak adalah emosi. Orangtua sebaiknya menyelesaikan dulu kecemasan emosionalnya agar anak tidak tertular dan menjadi lebih siap bersekolah dengan suasan hati yang senang dan positif.
• Lakukan penyesuaian yang dibutuhkan
Mungkin orangtua perlu melakukan berbagai penyesuaian tentang cara menuju sekolah, cara belajar di sekolah, cara ke toliet, cara istirahat atau makan siang, cara ikut kegiatan olah raga, cara ikut ekskul, cara upacara, cara pulang. Lakukan penyesuaian yang dibutuhkan, tanpa berlebihan agar tidak membuat anak merasa ringkuh dengan peraturan yang anda berikan kepada anak.
• Terapi kecemasan
Apabila dibutuhkan, lakukanlah konsultasi dengan para ahli untuk mengatasi kecemasan.
"Melakukan adaptasi, mampu untuk selalu berpikir positif, harapannya kita sebagai orangtua yang mempersiapkan anak sekolah di situasi the new normal bisa lebih kreatif dan produktif bagi anak-anak kita. Dengan tetap mengindahkan protocol kesehatan COVID-19," tutup Penny.
Sumber: Fimela.com/Anisha Saktian Putri/Meita Fajriana
Advertisement