Liputan6.com, Jakarta - Aksi protes atas kasus kematian George Floyd meluas di berbagai negara bagian di Amerika Serikat. Tak hanya protes, kini toko-toko juga dijarah, salah satunya adalah Apple Store.
Gara-gara aksi protes ini, CEO Apple, Tim Cook, mengirimkan pesan ke karyawan. Ia memutuskan untuk menutup kembali Apple Store di seantero Amerika Serikat karena aksi protes ini. Padahal Apple baru saja membuka tokonya setelah sempat tutup karena pandemi Covid-19.
Baca Juga
Advertisement
Kini tokonya malah jadi sasaran penjarahan massa. iPhone dan berbagai produk pun diambil. Demikian dikutip dari Forbes, Rabu (3/6/2020).
Di antara berbagai toko, yang jadi sasaran penjarahan adalah Apple Store di Washington DC, Los Angeles, San Francisco, New York, serta Philadelphia.
Namun demikian, Apple tidak tinggal diam. Karena keamanan adalah salah satu faktor penting buat perusahaan besutan Steve Jobs ini, Apple pun 'membuntuti' mereka yang mengambil iPhone dari toko-toko di atas.
Rupanya, Apple mengoperasikan sejumlah software proximity yang akan mengunci iPhone jika perangkat tersebut diambil secara ilegal dari toko.
Perangkat Dinonaktifkan
Teknologi ini dipakai ketika ada toko Apple yang jadi target pencurian. Dengan begitu, si pencuri iPhone tak bisa menggunakan atau menjual hasil curiannya kepada orang lain.
Berkat media sosial, kini sebuah foto yang memperlihatkan perangkat Apple terkunci software proximity pun beredar. Di mana, ketika diaktifkan, pada layar iPhone akan ada tulisan:
"Perangkat ini telah dinonaktifkan dan telah dilacak. Otoritas lokal akan diberitahu," kata Apple melalui pesan di layar iPhone hasil jarahan.
Advertisement
Komitmen Apple
Tampaknya Apple tidak berharap iPhone hasil jarahan itu bakal kembalikan lagi ke asalnya. Namun, komitmen Apple untuk membuat perangkat tak bisa dipakai secara ilegal memang patut diacungi jempol.
Gara-gara peringatan itu, mungkin juga ada penjarah yang langsung membuang iPhone curiannya karena tak ingin dipantau Apple dan dikejar pihak berwenang.
(Tin/Ysl)