Istana: Jokowi Tidak Gunakan Kekuasaan Hitam dan Putih untuk Lumpuhkan Demokrasi

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Donny Gahral Adian menegaskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak menggunakan kekuasaan untuk melumpuhkan demokrasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Jun 2020, 12:21 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memimpin rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Rapat terbatas perdana dengan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju itu mengangkat topik Penyampaian Program dan Kegiatan di Bidang Perekonomian. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Donny Gahral Adian menegaskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak menggunakan kekuasaan untuk melumpuhkan demokrasi.

Dia menuturkan, bahwa kekuasaan ada dua macam yaitu terang dan gelap. Jika terang seperti Orde Baru dengan cara membubarkan menggunakan aparat. Sedangkan, gelap dengan cara teror, penculikan dan operasi intelijen hitam. Tidak terlihat tapi mematikan.

"Saya percaya pemerintah tidak melakukan cara cara hitam dan putih juga, artinya tidak menggunakan kekuasaan gelap dan terang, untuk melumpuhkan demokrasi," kata Donny saat diskusi 'Teror dalam ruang Demokrasi', Rabu (3/6).

Donny tidak melihat pemerintahan Jokowi di periode pertama maupun kedua menggunakan kekuasaan secara eksesif untuk mematikan kebebasan berekspresi. Sebab, dia melihat banyak diskusi lain seperti di UGM yang tidak dibubarkan pemerintah.

"Diskusi semacam yang di UGM itu saya kira bukan satu-satunya, banyak, belum lagi media sosial," kata dia.

"Tapi toh tidak ada satupun tindakan yang mematikan, membelenggu atau melumpuhkan kebebasan berekspresi tersebut, jadi saya tidak lihat ini indikator represif pemerintah terhadap demokrasi," sambungnya.

Menurutnya, faktor indeks demokrasi menurun bukan hanya karena pemerintah. Tapi, ada kelompok sipil yang juga represif.

"Kalau demokrasi menurun kan variabelnya bukan hanya pemerintah, tapi juga ada kelompok kelompok civil yang melakukan kekerasan juga, horizontal violence, horizontal repression juga ada sebenarnya, jadi tidak hanya vertikal," tuturnya. 

Reporter: M Genantan

Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya