Selain Covid-19, Ini Bahaya yang Mengancam Pemain saat Premier League Dilanjutkan

Premier League musim ini akan kembali dilanjutkan mulai 17 Juni 2020.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 03 Jun 2020, 16:00 WIB
Newcastle United. (AFP/Lindsey Parnaby)

Liputan6.com, Jakarta Kompetisi Premier League musim ini akan kembali dilanjutkan mulai 17 Juni 2020. Keputusan ini menjadi angin segar bagi klub-klub yang tengah berjuang di tengah pandemi virus Corona Covid-19.

Meski demikian, sejumlah kekhawatiran masih menghantui mengingat pandemi virus Corona Covid-19 belum benar-benar berakhir. Bahkan tidak sedikit yang beranggapan bahwa, keputusan melanjutkan kompetisi justru berbahaya bagi para pemain, pelatih, ofisial dan pihak lain yang terlibat di dalamnya.

Untuk mengantisipasi hal ini, operator Premier League telah mengeluarkan protokol kesehatan yang ketat bagi setiap klub. Tes secara besar-besaran sudah dilakukan untuk memastikan para pemain maupun staf pelatih yang terlibat nanti benar-benar bebas dari virus Corona penyebab Covid-19. 

Selain itu, pertandingan juga bakal digelar tanpa penonton. Bahkan suporter tidak diizinkan untuk berkumpul di sekitar stadion. Protokol kesehatan yang ketat juga diberlakukan di lokasi latihan tim. 

Namun selain ancaman penularan Covid-19, kekhawatiran lain yang tak kalah pentingnya juga diungkapkan Dokter Tim Newcastle United, Paul Catterson. Menurut Catterson, klub-klub Premier League harus bersiap menghadapi badai cedera saat kompetisi kembali bergulir mulai 17 Juni nanti.

"Kami dihadapkan kepada lebih banyak cedera pada saat ini," katanya dalam siarang langsung dengan Radio BBC seperti dilansir situs Channel News Asia (CNA).

"Para pemain telah berlari di teradmills dan latihan mandiri di dalam ruangan selama hampir 8 minggu sehingga akan menyebabkan stimusul yang berbeda bagi tubuh," bebernya.

 


Sudah Pernah Terjadi

ilustrasi liga inggris (Liputan6.com/Abdillah)

Seperti diketahui, Premier League 2019/2020 telah berhenti sejak pertengahan Maret lalu. Ini sejalan dengan aturan lockdown yang diterapkan oleh pemerintah Inggris saat itu.

Selama kompetisi berhenti, para pemain hanya diizinkan berlatih secara mandiri. Mereka baru kembali bergabung dengan tim sejak 1 Juni 2020 saat pemerintah memberi lampu hijau bagi tim-tim elite.

Menurut Catterson, kejadian yang sama sebelumnya juga pernah dialami oleh kompetisi Rugbi Amerika Serikat (NFL). "Beberapa tahun lalu NFL juga terhenti dan saat itu terjadi peningkatan cedera Achilles. Itu yang juga kami khawatirkan saat ini," katanya seperti dilansir dari situs Channel News Asia (CNA).

"Banyak pemain kami yang bertanya apakah mereka bisa mengakses kolam es setelah latihan dan sayangnya mereka tidak bisa. Yang bisa kami lakukan adalah memberi mereka es untuk dibawa pulang. Ini seperti kembali ke era 15 tahun yang lalu," beber Catterson.

 


Tidak Cepat Berpuas Diri

Pemain Newcastle United, Allan Saint-Maximin mengontrol bola dari kawalan dua pemain Arsenal, Hector Bellerin dan Mesut Ozil pada pertandingan lanjutan Liga Inggris di Stadion Emirates di London, Minggu, (16/2/2020). Arsenal menang telak 4-0 atas Newcastle. (AP Photo/Frank Augstein)

Sementara itu, Catterson sendiri memuji langkah Premier League mempersiapkan liga di tengah pandemi. Menurutnya, protokol kesehatan yang diterapkan termasuk tes Covid-19 dua kali seminggu kepada pemain dan staf--cukup memberi rasa aman bagi mereka. Belum lagi aturan kebersihan peralatan yang telah diatur secara detail. "Sekarang saya percaya kalau lapangan latihan tim-tim Premier League adalah salah satu tempat dan lingkungan paling aman," katanya.

Meski demikian, Catterson meminta para pemain tidak cepat berpuas diri. Sebab menurutnya, kunci keselamatan juga berada di tangan mereka. Para pemain diminta untuk tetap mentaati protokol kesehatan saat tidak berada di klub.

"Sejauh ini kami tidak punya hasil tes yang positif dan kami hanya bisa melanjutkan itu jika kami berhasil menghentikan pemain untuk tidak cepat berpuas diri," beber Catterson.

 


Minim Perawatan

Terpisah, striker Chelsea, Oliver Giroud juga mengkhawatirkan hal yang sama. Apalagi saat ini para pemain tidak lagi mendapat pelayanan yang sama seperti ketika pandemi Covid-19 belum terjadi. 

Menurutnya, para pemain kini hanya mendapat perawatan selama 15 menit saja usai latihan. Padahal layanan ini sangat dibutuhkan para pemain untuk mengembalikan lagi kondisi otot-ototnya.  

"Normalnya saat pramusim, otot-otot anda akan bekerja keras karena Anda sering menggunakannya, terutama apabila Anda sudah tidak berlatih lebih dari dua bulan," katanya. "Otot tegang dan berderit tetapi kami menghormati aturan dari pemerintah dan Liga Premier," beber Giroud menambahkan.

Menurut Giroud, banyak para pemain yang mengalami lecet saat kembali berlatih lagi. Meski demikian, luka itu tidak berarti mengingat rasa suka cita mereka yang besar akan kembalinya liga musim ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya