Densus 88 Antiteror Polri Dalami Motif Penyerangan Polsek Daha Selatan

Pelaku penyerangan polisi di Polsek Daha Selatan merupakan terduga teroris yang beraksi sendiri alias lone wolf.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 03 Jun 2020, 15:21 WIB
Polisi bersenjata lengkap mengawal sejumlah terduga teroris untuk dihadirkan dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (17/5/2019). Sepanjang bulan Mei 2019, tim Densus 88 Antiteror telah menangkap sebanyak 29 terduga teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Tim Densus 88 Antiteror Polri masih mendalami kasus penyerangan di Polsek Daha Selatan, Kalimantan Selatan, yang menewaskan seorang anggota polisi pada Senin 1 Juni 2020.

"Tim Densus 88 masih terus bekerja dan melakukan penyelidikan untuk mengungkap latar belakang dan motif pelakunya," tutur Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (3/6/2020).

Kadiv Humas Polri Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono sebelumnya menyampaikan, pelaku merupakan terduga teroris yang beraksi sendiri alias lone wolf. "Dia adalah lone wolf," kata Argo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa 2 Juni 2020.

Menurut Argo, pelaku membangun cara pandangnya lewat internet. Hingga akhirnya dia nekat melakukan aksinya dengan menyerang petugas di Polsek Daha Selatan.

"Dia mempelajari pengetahuan itu dari internet, belajar sendiri, membaca sendiri, memprediksi sendiri," jelas Argo.

Kapolri Jendral Idham Azis telah menaikkan pangkat Brigadir LL, korban meninggal dunia atas insiden penyerangan orang tidak dikenal di Polsek Daha Selatan, Kalimantan Selatan.

"Menaikan pangkat setingkat lebih tinggi kepada korban," tutur Kabid Humas Polda Kalimantan Selatan Kombes Mochamad Rifai dalam keterangannya, Senin 1 Juni 2020.

Menurut Rifai, Kapolri juga memberikan santunan kepada keluarga almarhum. Jajaran Polda Kalimantan Selatan pun telah mengunjungi rumah sakit dan rumah duka Brigadir LL.

"Atas kejadian tersebut Kapolri Jenderal Idam Azis turut berbela sungkawa," kata Rifai.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Kasus penyerangan

Polisi menduga pelaku teror memiliki keterkaitan jaringan teroris ISIS. Alat bukti ditemukan pun semakin memperkuat tuduhan, yaitu satu unit sepeda motor, sebuah jeriken bensin, sebilah samurai, dan dokumen tanda anggota ISIS. (Liputan6.com/ Ist)

Peristiwa penyerangan berawal saat proses jaga malam oleh tiga petugas tersebut yang mendadak didatangi orang tidak dikenal yang membawa senjata tajam jenis katana pada 1 Juni 2020 sekitar pukul 02.15 Wita. Bripda Azmi saat itu berada di Ruang Unit Reskrim mendengar keributan di Ruang SPKT.

Saat tiba di lokasi, dia terkejut melihat Brigadir Leonardo sudah mengalami luka bacok senjata tajam. Dia lantas meminta tolong kepada Brigadir Djoman.

Nyatanya, pelaku melihat dua anggota polisi itu dan kembali melakukan penyerangan. Bripda Azmi yang berhasil lolos langsung lari ke Ruang Intel Binmas dan meminta bantuan Polres Hulu Sungai Selatan. Sementara Brigadir Djoman turut menjadi korban penyerangan.

Orang tidak dikenal itu nyatanya bersembunyi di ruangan Unit Reskrim Polsek Daha Selatan. Petugas pun melakukan tindakan tegas lantaran pelaku menolak menyerahkan diri dan tetap melakukan perlawanan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya