Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Fokus Genjot Konsumsi Masyarakat

Dampak covid-19 pada perekonomian nasional, memberikan penekanan pada dua sisi, yakni sisi supply dan demand.

oleh Tira Santia diperbarui 03 Jun 2020, 19:45 WIB
Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Bank Indonesia (BI) optimistis ekonomi Indonesia akan lebih baik di tahun 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan akan memfokuskan pada sisi konsumsi dan investasi agar pertumbuhan perekonomian Indonesia di kuartal II dan seterusnya bisa terjaga.

“Dampak covid-19 pada perekonomian nasional, memberikan penekanan pada dua sisi, yakni sisi supply dan demand, kita lihat dari sisi supply produksi barang dan jasa sangat terdampak bisa sampai diatas 70 persen,” kata kata Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Sesmenko) Susiwijono Moegiarso, dalam suatu diskusi online Pactoc Connect, Rabu (3/6/2020).

Susiwijono menyebut memang dampak covid-19 memberi ancaman pada perekonomian Indonesia terutama pada sisi konsumsi dan sisi dunia usaha, sehingga menghentikan sebagian besar aktivitas ekonomi.

 

Lebih lanjut ia mengaku sudah melakukan komunikasi dengan berbagai asosiasi, mulai dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), dan diperoleh informasi bahwa usaha perdagangan mereka turun drastis.

“Mereka turunnya sudah diatas 90 persen, jadi ini luar biasa dampaknya. Kalau berbicara ekonomi growth kita, saya sampaikan di kuartal 1 cuman 2,97 persen itupun banyak penurunan di beberapa sisi konsumsi, kuartal II akan tajam sekali oleh karena itu ketika kita dalam satu tahun harus recovery dalam kuartal 3 dan 4,” ujarnya.

Baik sisi konsumsi (demand) yakni konsumsi, investasi/PMTB, konsumsi pemerintah, ekspor, dan impor, ia menyebut semuanya turun hingga setengah dari pertumbuhan kuartal tahun 2019.


PHK

Pegawai pulang kerja berjalan di trotoar Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (12/5/2020). Pemerintah memberi kelonggaran bergerak bagi warga berusia di bawah 45 tahun untuk mengurangi angka pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi virus corona COVID-19. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Begitupun dengan sisi dunia usaha (supply) yang di dalamnya termasuk manufaktur, perdagangan, transportasi, akomodasi dan industri makanan dan minuman, pertanian, pertambangan, serta kontruksi, tentunya juga terimbas turun.

“Kalau kita lihat hampir semuanya yoy turun 20-70 persen, kita lihat sektor pariwisata, sektor restoran, akomodasi turunnya 72-74 persen, kalau kita lihat  sektor yang lain masih ada diatas 50 persen penurunannya, dan sektor hiburan diatas 50 persen semuanya, maka perlu membuka aktivitas ekonomi dibeberapa sektor ini,” ujarnya.

Demikian Susiwijono, penurunan supply dan demand dikarenakan dipengaruhi oleh banyaknya pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan di rumahkan, sehingga memicu meningkatkan pengangguran dan kemiskinan. Maka dari itu dari dua sisi tersebut, ia menyebut ada dua tekanan pada perekonomian Indonesia.

“Kuartal I sebelum covid-19 proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen sekarang sudah separuhnya menjadi 2,97 persen, kalau kita lihat pilar-pilar pertumbuhan kita berasal dari  konsumsi dan investasi. Oleh karena itu upaya agar growth kita terjaga, kita akan fokus di konsumsi dan investasi,” pungkasnya.   

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya