Liputan6.com, Jakarta Tingkat kematian orang dengan disabilitas intelektual di Inggris telah meningkat sebesar 134 persen selama pandemi COVID-19. Hal ini disampaikan Komisi Kualitas Perawatan Inggris (CQC).
Terhitung dari 10 April hingga 15 Mei ada 386 kematian orang dengan disabilitas intelektual. Setengah dari mereka dikonfirmasi atau diduga meninggal akibat infeksi COVID-19.
Advertisement
CQC mengatakan bahwa selama periode yang sama pada 2019, ada 165 kematian.
Dalam sebuah pernyataan, pemerintah mengatakan sedang mencari cara untuk melindungi masyarakat yang paling rentan.
Analisis khusus CQC mengamati kematian orang dengan disabilitas intelektual termasuk autisme yang diambil dari data penyedia layanan kesehatan serta dalam formulir pemberitahuan kematian.
Analisis tersebut menemukan bahwa ada peningkatan kematian 134 persen, dengan 53 persen di antaranya diakibatkan COVID-19, seperti dilaporkan BBC (2/6/2020).
Angka-angka dari Kantor Statistik Nasional untuk periode waktu yang sama menunjukkan kematian terkait COVID-19 dalam populasi umum di Inggris sebesar 34 persen.
Simak Video Berikut Ini:
Salah Satu Pasien Meninggal
Adam Brown, seorang penyandang disabilitas intelektual, meninggal pada 29 April di Rumah Sakit Surrey Timur setelah tertular COVID-19. Ia menghembuskan napas terakhir di usia 30.
Ketika sakit, pria bertubuh gemuk ini memiliki suhu yang sangat tinggi tetapi tidak melakukan pemeriksaan sampai akhirnya dirawat di rumah sakit di mana dia kemudian meninggal.
"Dia pasti merasa bingung dan kesepian. Dia harus melihat wajah-wajah baru, orang-orang berjubah dan bertopeng, yang bahkan tidak dia kenal," ujar saudara perempuannya, Ruth, seperti mengutip BBC.
Saudari perempuannya yang lain, Naomi, menambahkan,, "Yang ingin kami lakukan hanyalah melihat wajahnya atau hanya untuk memegang tangannya atau untuk bersama dengannya di saat-saat terakhirnya."
"Kami membutuhkan kesadaran untuk orang-orang ini, mereka yang tidak memiliki suara."
Advertisement
Prioritas Pengujian
"Kami sudah tahu bahwa orang-orang dengan disabilitas intelektual berada pada risiko penyakit pernapasan yang meningkat, yang berarti bahwa akses ke pengujian bisa menjadi kunci untuk mengurangi infeksi dan menyelamatkan hidup," kata Kate Terroni dari CQC.
Tes saat ini diprioritaskan untuk rumah yang berspesialisasi dalam merawat orang tua dan mereka yang hidup dengan demensia, tetapi tidak bagi mereka yang memiliki disabilitas intelektual atau autisme.
Dalam sebuah pernyataan, Departemen Kesehatan mengatakan, "Kami bekerja untuk meningkatkan pemahaman kami tentang bagaimana kelompok yang berbeda dapat dipengaruhi oleh virus, termasuk mereka yang memiliki ketidakmampuan belajar atau autisme, untuk memastikan kami dapat memberikan dukungan terbaik dan melindungi mereka yang paling berisiko."