Penerapan New Normal di Indonesia, Psikolog Klinis Ungkap Berbagai Tantangannya

Psikolog klinis mengungkapkan beberapa tantangan yang bisa muncul dalam penerapan new normal di Indonesia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 05 Jun 2020, 06:00 WIB
Petugas PMI menyemprotkan cairan disinfektan di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta, Rabu (3/6/2020). Penyemprotan tersebut untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19 di rumah ibadah jika nantinya kembali dibuka untuk umum saat pemberlakuan new normal. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah merencanakan penerapan tatanan kehidupan normal baru atau new normal agar aktivitas masyarakat tetap berjalan sembari mencegah COVID-19.

Psikolog klinis Annelia Sari Sani mengatakan, ada beberapa tantangan yang akan muncul terkait penerapan new normal di masyarakat. Hal itu disampaikannya dalam diskusi daring pada Rabu kemarin, ditulis Kamis (4/6/2020).

Annelia mengatakan, tantangan pertama adalah pemahaman yang beragam di masyarakat terkait new normal atau tatanan normal baru.

"Bisa dibilang secara umum, pemahaman yang menyeluruh tentang tatanan normal baru ini masih rendah," kata Annelia yang juga merupakan Ketua Satgas Ikatan Psikolog Klinis Indonesia untuk Penanggulangan COVID-19 ini.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini


Implementasi Tatanan Normal Baru

Penanda jaga jarak fisik atau physical distancing terpasang di Pura Kerta Jaya, Kota Tangerang, Banten, Rabu (3/6/2020). Pura Kerta Jaya menerapkan pemberlakuan protokol kesehatan selama masa pandemi virus corona COVID-19 seiring rencana kembali dibukanya tempat ibadah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tantangan kedua adalah belum adanya kesadaran masyarakat untuk mengimplementasikan perilaku dalam tatanan hidup normal yang baru.

Annelia mengatakan, dirinya menemukan banyak masyarakat yang memahami dan mengetahui tatanan normal baru dengan pengetahuan yang beragam.

"Namanya perubahan, namanya adaptasi pasti akan menimbulkan kegamangan. Kegamangan ini ditambah lagi dengan knowledge, dengan informasi, dengan pengetahuan yang memang juga belum merata dan simpang siur tersampaikannya kepada masyarakat," ujarnya.


Kekhawatiran

Petugas PMI melakukan penyemprotan disinfektan di SDN 1 Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Rabu (3/6/2020). Kemendikbud menggodok aturan kegiatan belajar mengajar selama masa pandemi virus corona COVID-19 menyusul rencana penerapan new normal di sejumlah wilayah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, rasa takut atas penularan COVID-19 juga bisa menjadi tantangan dari penerapan new normal. Apalagi karena selama ini, masyarakat merasa aman saat lebih banyak beraktivitas di dalam rumah.

"Mereka yang secara ciri pribadinya cenderung lebih tertutup, lebih menarik diri, maka untuk kembali menghadapi dunia luar ini akan menimbulkan suatu kekhawatiran," kata Annelia.

Tantangan lainnya adalah pada anak-anak yang harus beradaptasi lagi dengan kegiatan bersekolah, belajar, maupun pertemanan dengan protokol kesehatan khusus yang sebelum pandemi tidak dilakukan.

"Ini semua pasti akan menimbulkan distress psikologis yang kalau tidak ditangani akan berdampaknya tentu kembali ke fisik, pada imunitas, pada kesehatan fisik," tambahnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya