Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta agar pelacakan warga yang terpapar virus Corona atau Covid-19 dilakukan lebih agresif. Kendati begitu, dia ingin agar proses pelacakan atau contact tracing ini dibantu sistem teknologi telekomunikasi.
"Saya minta untuk pelacakan segara agresif dilakukan lebih agresif lagi menggunakan sistem teknologi telekomunikasi bukan dengan cara-cara konvensional," ujar Jokowi saat memimpin rapat terbatas melalui video conference, Kamis (4/6/2020).
Advertisement
Jokowi pun mencontohkan sejumlah negara seperti Selandia Baru dan Korea Selatan yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi untuk melacak kasus Corona. Dia menyebut di Selandia Baru, pelacakan dilakukan dengan menggunalan digital diary.
"Kita lihat di negara-negara lain. Misal, di Selandia Baru mereka gunakan digital diary. Kemudian Korea Selatan juga mengembangkan mobile GPS untuk data-data. Sehingga pelacakan lebih termonitor dengan baik," jelas dia.
Tak hanya itu, Jokowi juga meminta manajemen satu data terkait penanganan Covid-19 diperbaiki. Menurut dia, apabila sudah ada pemusatan data maka kasus virus corona dapat dilaporkan secara real time dari laboratorium, Gugus Tugas yang ada di daerah-daerah.
"Sehingga dalam pengambilan keputusan, kebijakan, bisa tepat dan akurat. Untuk itu sekali lagi, saya minta pintunya betul-betul hanya satu," tutur Jokowi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Naikkan Target Uji Spesimen Corona Jadi 20 Ribu per Hari
Presiden Jokowi mengklaim, target uji spesimen virus Corona atau Covid-19 sebanyak 10 ribu per hari sudah terlampaui. Dia pun meminta agar target uji spesimen terkait Corona 20 ribu per hari.
"Pengujian spesimen saya sampaikan terima kasih dulu, target pengujian spesimen dulu 10 ribu sudah terlampaui. Target ke depannya sudah mulai 20 ribu per hari harus sudah kita rancang ke sana," ujar Jokowi saat memimpin rapat terbatas melalui video conference, Kamis (4/6/2020).
Dia juga meminta jajarannya untuk konsentrasi menangani penyebaran virus corona (Covid-19) di tiga provinsi. Adapun tiga provinsi itu adalah Jawa Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Kalimantan Selatan (Kalsel).
"Saya ingin kita konsentrasi, Gugus Tugas maupun kementerian, TNI dan Polri utamanya, konsentrasi di tiga provinsi yang angka penyebarannya masih tinggi. Yaitu di Jawa Timur, di Sulawesi Selatan, dan di Kalimantan Selatan," kata Jokowi.
Advertisement