Liputan6.com, Melbourne - Demonstrasi 'Black Lives Matter' di Melbourne memicu kekhawatiran polisi Australia. Mereka takut aksi pada Sabtu mendatang bisa menularkan Virus Corona COVID-19.
Menurut ABC Australia, yang dikutip Kamis (4/6/2020), diperkirakan ribuan orang akan hadir dalam demonstrasi yang diselenggarakan oleh anggota komunitas Aborigin Victoria merespon kematian warga Afrika-Amerika George Floyd oleh seorang polisi di Amerika Serikat.
Advertisement
Dugaan pembunuhan ini telah menimbulkan amarah sebagian warga Amerika dan memancing sejumlah demonstrasi hingga berakhir dengan kerusuhan dan penjarahan, yang hingga saat ini telah menewaskan 13 orang.
Sebanyak 13.000 orang telah menyatakan 'interested' atau tertarik untuk hadir di halaman Facebook acara tersebut.
Rabu pagi 3 Juni, kepala negara bagian Victoria, Premier Daniel Andrews mengatakan pemberian denda atau penangkapan peserta demonstrasi karena dianggap melanggar aturan pembatasan aktivitas warga yang berlaku saat ini "tidak layak" diberlakuan, sesuai pernyataan Kepolisian Victoria.
Pernyataan tersebut dilontarkan setelah pihak kepolisian melihat jumlah peserta yang diperkirakan akan mencapai ribuan.
Namun Premier Daniel Andrews menegaskan pentingnya melakukan demonstrasi yang bersifat damai.
"Satu-satunya bentuk demonstrasi yang sah adalah demonstrasi yang sifatnya damai. Kepolisian Victoria tidak akan mentolerir kekerasan dan kekacauan seperti yang sudah terjadi di luar negeri," katanya.
"Apa yang kita telah saksikan di Amerika adalah sebuah tragedi dan adalah sesuatu yang membedakan masyarakat kita dengan mereka," kata Premier Andrews.
Polisi Bela Hak Bersuara Masyarakat
Dalam konferensi pers Rabu 3 Juni, Asisten Komisaris Luke Cornelius mengatakan Kepolisian Victoria mengerti dan mengakui rasa marah dan frustasi dari aksi yang terjadi di beberapa negara terkait kematian George Floyd.
"Kami sangat mengerti perasaan dan kemarahan yang melatarbelakangi aksi ini dan sangat ingin mendukung komunitas di Victoria dalam menyuarakan kekhawatiran mereka," kata Luke.
Namun, ia mengaku lebih setuju bila demonstrasi ini ditunda, sambil mengatakan aksi demontrasi tersebut tidak jadi alasan untuk melanggar aturan.
"Ini adalah saran dan pengarahan yang dianggap terbaik [oleh Kepala Otoritas Kesehatan Australia]," kata dia.
Bila akan tetap diadakan, ia mengatakan pihaknya akan memastikan demonstran menaati arahan Kepala Otoritas Kesehatan Australia, namun akan sangat berhati-hati ketika memberikan denda.
Arahan dari tersebut mewajibkan warga Victoria untuk tidak melakukan perkumpulan lebih dari dua puluh orang sejak tanggal 1 Juni kemarin.
"Kami lebih setuju bila demonstrasi ini dilakukan lain waktu," kata Asisten Komisaris Luke Cornelius.
"Mengerikan sekali memikirkan nasib warga yang rentan [terhadap Virus Corona COVID-19] bila tertular virus, karena perkumpulan orang dalam jumlah besar ini," kata Luke.ABC sudah mencoba menghubungi penyelenggara demonstrasi, 'Warriors of the Aboriginal Resistance' di negara bagian Victoria, namun belum menerima jawaban.
Advertisement
Demonstrasi Sudah Terjadi di Sydney
Sementara Victoria tengah mempersiapkan diri bila demonstrasi benar dilakukan, ratusan warga Sydney sudah melakukan kegiatan tersebut 2 Juni malam.
Demonstran di Sydney menyerukan perlunya perlakuan yang lebih baik bagi warga Aborigin Australia, melalui sorakan "I can't breathe", atau "Saya tidak bisa bernapas" menirukan ucapan terakhir George Floyd sebelum meninggal 25 Mei lalu.
Diketahui ada lebih dari 400 warga Aborigin Australia meninggal dunia dalam tahanan sejak hampir 30 tahun lalu.
Sebanyak 30 persen tahanan penjara adalah warga Aborigin, walaupun populasi mereka hanyalah tiga persen dari total populasi Australia.
Kemarin, Kepolisian New South Wales mengatakan sedang menyelidiki salah satu polisinya yang terlihat dalam rekaman video menendang dan menindih seorang remaja Aborigin di tanah.
Menurut temuan ABC, selain di Victoria dan New South Wales, demonstrasi lainnya juga akan dilakukan di negara bagian Australia lainnya Sabtu ini.