Pemerintah Ubah Postur APBN 2020 Agar Ekonomi Tak Tumbuh Negatif

Perubahan postur APBN 2020 diambil sebagai langkah penyelamatan ekonomi nasional.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jun 2020, 13:30 WIB
Ilustrasi Anggaran Belanja Negara (APBN)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Nathan Kacaribu menyatakan bahwa perubahan postur Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2020 diambil sebagai langkah penyelamatan ekonomi nasional.

Sebab pemerintah tak ingin ekonomi RI tumbuh negatif dalam skenario terburuk.

Dalam perubahan APBN 2020 defisit meningkat menjadi 6,34 persen atau setara dengan Rp 1.039,2 triliun. Angka ini lebih besar dari yang sudah ditetapkan dalam Perpres Nomor 54 tahun 2020 yang sebesar Rp 852,9 triliun atau sekitar 5,07 persen dari (Produk Domestik Bruto).

Defisit itu terjadi lantaran anggaran belanja negara lebih besar daripada penerimaan negara. Di mana belanja turun Rp 1.699 triliun, sementara belanja negara meningkat menjadi Rp 2.738,4 triliun.

Dia megatakan, dengan peningkatan besaran belanja diharapkan bisa membuat perekonomian RI terhindar dari perlambatan yang lebih dalam.

"Skenario sangat beratnya kan -0,4 persen. Dengan pengeluaran pemerintah yang targeted dan well measured, diharapkan bisa menhindari skenario negatif itu, ini sisi positifnya," jelas Febrio dalam video conference, Kamis (4/6).


Skenario Ekonomi

Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 mendatang tidak jauh berbeda dari tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Seperti diketahui, pemerintah telah mengukur skenario yang mungkin terjadi akibat pandemi virus corona. Untuk skenario berat, perekonomian hingga akhir tahun diperkirakan masih bisa tumbuh sebesar 2,3 persen.

Dengan demikian maka jumlah penduduk miskin akan bertambah 1,89 juta orang dan angka pengangguran meningkat jad 2,92 juta orang.

Selain itu, pemerintah juga memiliki skenario sangat berat, yaitu perekonomian tumbuh -0,4 persen hingga akhir tahun. Dampak sosial dari pertumbuhan yang mengalami kontraksi itu adalah angka kemiskinan yang bertambah menjadu 4,86 juta jiwa dan jumlah pengangguran meningkat hingga 5,23 juta orang.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya