HKTI Bantu Kementan Siapkan Pasokan Pangan di Tengah Pandemi

HKTI sebagai organisasi sosial yang bergerak di bidang agrikultur dan pengembangan pedesaan tidak tinggal diam dalam mendukung penyediaan pangan.

oleh Arthur Gideon diperbarui 04 Jun 2020, 16:00 WIB
HKTI sebagai organisasi sosial yang bergerak di bidang agrikultur dan pengembangan pedesaan tidak tinggal diam dalam mendukung penyediaan pangan. (Dok Kementan)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam menghadapi pandemi Corona Covid-19, HKTI sebagai organisasi sosial yang bergerak di bidang agrikultur dan pengembangan pedesaan tidak tinggal diam dalam mendukung penyediaan pangan. Berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian (Kementan), HKTI ikut menyiapkan langkah terkait kesiapan pangan menghadapi pandemi Covid-19.

Anggota HKTI Benny Pasaribu mengatakan, perlu strategi peningkatan produksi berupa stimulus/bantuan, kredit usaha rakyat, dan lain sebagainya untuk kesiapan pangan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Oleh karena itu HKTI mendukung langkah Kementan guna menyediakan pangan dalam menjawab tantangan pandemi virus corona, salah satunya Kementan memiliki program yang tepat dalam membantu usaha budidaya pangan dan petani sendiri melalui dana kredit usaha rakyat (KUR).

“Saya berharap Pemerintah agar tetap terus memperhatikan kesejahteraan petani, karena petani disaat pandemi seperti ini tidak pernah berhenti bekerja untuk mencukupi kebutuhan pangan rakyat Indonesia,” demikain diungkapkan Benny saat HKTI Pusat dan Daerah berdialog secara virtual dengan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi seperti dikutip Kamis (4/6/2020).

Benny menegaskan HKTI mendukung sepenuhnya rencana pemerintah untuk mempercepat musim tanam tahun ini untuk memastikan ketersediaan pangan dapat terjamin pada saat pandemi covid 19. Hal ini menjadi sangat penting mengingat secara global, FAO mensinyalir akan adanya masalah ketersediaan pangan.

"HKTI mendukung bantuan benih berkualitas dengan melibatkan penangkar lokal. Hal ini dapat menghemat biaya transpor dan pendistribusiannya," ucapnya.

 


Benih Unggul

Petani makin bersemangat melakukan aktivitasnya di sawah untuk penuhi stok pangan di Provinsi Sulteng.

Benny menilai dengan benih lokal akan lebih terjangkau bagi petani untuk memproleh benih unggul yang bersertifikat. Karena itu, pemerintah perlu lebih proaktif membina penangkar lokal, jika perlu dengan sistim pendampingan, agar mampu memproduksi benih berkualitas hingga terdaftar di e-katalog.

"Pada gilirannya, hal ini akan mendorong peningkatan produksi dan pendapatan petani," terangnya.

"Keamanan pangan juga tidak terlepas dari dihidupkannya kembali lumbung pangan. Berawal dari lumbung pangan keluarga, desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi akan ikut menyangga stok pangan," pinta Benny.

Oleh karena itu, HKTI minta ke pemerintah agar tetap terus memperhatikan kesejahteraan petani. Sebab petani disaat pandemi seperti ini tidak pernah berhenti bekerja untuk mencukupi kebutuhan pangan rakyat Indonesia.

"Selain permasalahan budidaya, pemerintah juga perlu memprioritaskan hilirisasi. Nilai tambah itu ada pada produk industrialisasi pertanian. Melalui hilirisasi akan lebih mudah menyerap produk petani terutama saat panen raya," sebut Benny.

Lebih lanjut Benny mengatakan penggunaan sistim Resi Gudang sebaiknya ditingkatkan sehingga masalah kesulitan pemasaran produk petani akan sekaligus dapat di atasi.

"Hilirisasi ini ujungnya akan meningkatkan kesejqhteraan petani dan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan jauh lebih tinggi," katanya.

 


4 Skenario Kementan

Salah satu lahan sawah yang siap dipanen oleh petani dan penyuluh pertanian.

Menanggapi hal tersebut, untuk mengamankan ketersediaan pangan, Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan bahwa Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah membuat empat skenario. Pertama, mentargetkan luas tanam April-September seluas 5,6 juta hektar. Kedua membangun rawa melalui ekstensifikasi dan intensifikasi fokus di Kalteng dan Sumsel. Ketiga diversifikasi pangan lokal Indonesia, dan Keempat yaitu membangun lumbung pangan dari desa sampai Provinsi.

“Disaat seperti ini, yang dibutuhkan petani yaitu adanya guliran dana dengan bunga rendah dalam bentuk kredit usaha rakyat (KUR). Hal ini sejalan dengan arahan Bapak Mentan SYL untuk kita mulai memanfaatkan sumber pembiayaan di luar APBN,” paparnya.

Terkait akses pembiayaan usaha tani, Suwandi menegaskan pemerintah telah mentargetkan KUR pertanian sebanyak Rp 50 triliun di tahun 2020. Saat ini realisasi KUR pertanian sangat luar biasa yaitu Rp18,35 triliun.

"Ini menunjukkan minat masyarakat untuk mengembangkan usaha pertaniannya. KUR dapat dimanfaatkan untuk pertanian mulai dari hulu sampai hilir," tegasnya.

Suwandi menjelaskan persyaratan KUR sangat mudah dan akan lebih mudah lagi apabila petani/kelompok tani mempunyai avalis/offtaker. Hasil catatan menunjukkan KUR tanaman pangan menduduki peringkat tertinggi, mencapai Rp 5,76 triliun.

"Sampai dengan saat ini, diantaranya KUR untuk program Komando Strategi Penggilingan (Kostraling, red) mencapai Rp282 miliar digunakan modal kerja, upgrade mesin mesin atau membangun gudang penyimpanan," jelasnya.

 


Pengembangan Komoditas

Petani memisahkan bulir padi dari tangkainya saat panen di sawah yang terletak di belakang PLTU Labuan, Pandeglang, Banten, Minggu (4/8/2019). Kurangnya pasokan beras dari petani akibat musim kemarau menyebabkan harga gabah naik. (merdeka.com/Arie Basuki)

Dalam hal pengembangan diversifikasi pangan lokal, Suwandi membeberkan ada beberapa komoditas yang patut dicoba dikembangkan. Indonesia kaya akan jenis tanaman pangan seperti ubi kayu, ubi jalar, talas, ganyong, gadung, gembili, garut, porang, hanjeli, hotong dan lain sebagainya. Banyak jenis produk olahannya, dan bisa sampai ekspor, itu yang mulai sekarang Kementan dorong untuk dikembangkan.

"Selain diversifikasi pangan, konsep pertanian terpadu juga sangat memberi manfaat. Seperti diterapkan Pak Heri Sunarto Petani milenial dari Desa Jagan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah patut ditiru dan dikembangkan di daerah lain" bebernya.

"Ini sebagai solusi permanen dalam mengatasi kekeringan dengan memanfaatkan lahan kering melalui pompanisasi untuk ternak ayam, sapi, ikan, sayuran, dan padi secara integrated farming menuju zero waste," pinta Suwandi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya