Angka Pengangguran Membengkak, Bursa Saham AS Tertekan

S&P 500 dan Nasdaq membukukan penurunan pertama dalam lima sesi perdagangan bursa saham AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 05 Jun 2020, 07:16 WIB
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street Tertekan pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta. Bursa saham Amerika Serikar (AS) mengalami tekanan karena data tenaga kerja yang mengecewakan.

Mengutip CNBC, Jumat (5/6/2020), indeks acuan S&P 500 turun 0,3 persen menjadi 3.112,35. Sedangkan Nasdaq Composite turun 0,7 persen menjadi 9.615,81. Kedua indeks ini membukukan penurunan pertama dalam lima sesi perdagangan.

Sedangkan untuk Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup hanya naik tipis yaitu 11 poin atau 0,1 persen menjadi26.281,82.

Saham-saham teknologi mengalami tekanan pada perdagangan Kamis tersebut. Tercatat, saham Facebook dan Netflix keduanya turun lebih dari 1,6 persen.

Saham Amazon ditutup 0,7 persen lebih rendah sementara Alphabet dan Apple masing-masing turun lebih dari 0,8 persen.

Pada perdagangan Kamis ini, indeks Nasdaq 100 yang merupakan indeks dari 100 saham non-finansial terbesar di Nasdaq Composite mencetak rekor intraday. Namun, pada penutupan perdagangan mengalami tekanan dan melemah 0,8 persen.

 


Data pengangguran

Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan bahwa 1,87 juta orang Amerika mengajukan tunjangan pengangguran pekan lalu, melampaui estimasi Dow Jones sebesar 1,775 juta. Klaim pengangguran yang berkelanjutan naik tajam, hampir mencapai 21,5 juta orang.

Kepala analis Commonwealth Financial Network Brad McMillan mengatakan bahwa banyak pelaku pasar yang berharap saat ini merupakan titik balik dari pelemahan ekonomi di AS.

beberapa negara bagian telah bersiap melonggarkan lockdown "Penyebaran virus tampaknya terkendali dan ekonomi dibuka kembali lebih cepat dari yang diperkirakan, ”tulis Brad dalam catatannya.

“Juni akan memberi tahu kami apakah tren itu berlanjut. Tetapi sekarang? Segalanya tampak jauh lebih baik daripada yang bisa kita harapkan sebulan yang lalu."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya