Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 15 pustakawan terpilih dari berbagai daerah mengikuti workshop Inkubator Literasi Pustaka Nasional, yang digelar Rabu 5 Juni 2020. Workshop yang rencana awalnya digelar dalam bentuk karantina peserta, dan diselenggarakan secara tatap muka di Perpustakaan Nasional RI, diganti dengan workshop daring imbas pandemi Covid-19.
Para peserta tersebut terpilih dari Kompetisi Menulis Pustaka Nasional yang diselenggarakan pada Februari-Maret lalu. Kompetisi diikuti sebanyak 305 peserta yang berasal dari pustakawan dan pengelola perpustakaan yang berasal dari seluruh Indonesia, dengan rincian 37 orang dari Sumatera, 222 orang dari Jawa, 14 orang dari Kalimantan, 13 orang dari Bali dan NTT, 18 orang dari Sulawesi, dan 1 orang dari Maluku dan Papua.
Meski lewat daring, namun semangat 15 peserta yang terseleksi tetap menggebu untuk menghasilkan karya buku yang akan diterbitkan pada Juli 2020 nanti.
Baca Juga
Advertisement
Kepala Biro Hukum dan Perencanaan Perpusnas Joko Santoso berharap, workshop bisa menjadi momentum dalam memulai tradisi baru, yaitu menghidupkan iklim kepenulisan, merayakan pemikiran positif, serta pemikiran yang digali dari pengalaman yang ada di daerah.
"Inkubator Literasi Pustaka Nasional merupakan ajang untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi dalam bidang kepenulisan. Yang pada akhirnya akan melahirkan karya-karya yang dibukukan dan diterbitkan oleh Perpusnas Press," ujar Joko, Rabu (3/6/2020).
Joko Santoso menambahkan, persoalan kepenulisan, penerbitan, dan ketersediaan bahan bacaan di masyarakat Indonesia, bersifat lateral, bukan linier. Karenanya, harus diciptakan sebuah ekosistem yang saling menghidupi penulis, kepenulisan, termasuk pembuatan karya tulis baru dengan keunikan dan kepentingan serta manfaat tersendiri, yang didukung oleh penerbitan.
Saat ini, ujarnya, tercipta kondisi di mana penerbitan mainstream tidak hanya memandang kualitas tulisan tetapi juga diserap pasar dengan baik. Persoalan inilah yang menghambat dunia kepenulisan karena tidak semua buku yang berkualitas baik, laku di pasar.
"Nah dengan upaya ini harapan kita, kekurangan bacaan di Indonesia yang saat ini angkanya satu buku dibaca 30 ribu orang, itu segera bisa kita atasi dengan banyaknya karya-karya baru dari penulis-penulis baru. Yang kedua, upaya penerbitan ini sebuah upaya bersama yang tidak mungkin disandarkan pada kepentingan ekonomis semata," urainya.