Studi Bahaya Hidroksiklorokuin untuk Pasien COVID-19 Ditarik

Peneliti mencabut studi mereka terkait bahaya hidroksiklorouin untuk pasien COVID-19 usai ditemukannya masalah pada basis data

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 05 Jun 2020, 15:00 WIB
Ilustrasi Foto Peneliti (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Studi terhadap bahaya obat antimalaria hidroksiklorokuin untuk pengobatan COVID-19 ditarik kembali. Hal itu dilakukan usai timbulnya kekhawatiran mengenai basis data penelitian yang berasal sebuah perusahaan analitik Amerika Serikat bernama Surgisphere.

Dikutip dari Live Science pada Jumat (5/6/2020), para peneliti sebelumnya menerbitkan studi tersebut pada 22 Mei lalu di jurnal The Lancet dengan judul "Hydroxychloroquine or chloroquine with or without a macrolide for treatment of COVID-19: a multinational registry analysis."

Di sana, para peneliti menemukan bahwa hidrosiklorokuin terkait dengan peningkatan risiko kematian dan masalah jantung di antara pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.

Namun, pada hari Rabu tanggal 3 Juni, The Lancet mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap penelitian ini. Mereka menyebutkan ada pertanyaan ilmiah serius yang menjadi perhatian mereka dalam studi tersebut.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Tarik Hasil Studi

Ilustrasi Foto Peneliti (iStockphoto)

Pada hari Kamis kemarin, The Lancet mengumumkan tiga penulis studi tersebut telah menarik studi mereka.

"Mereka tidak dapat menyelesaikan audit independen atas data yang mendukung analisis mereka. Akibatnya, mereka menyimpulkan bahwa mereka 'tidak dapat lagi menjamin kebenaran sumber data primer,'" tulis The Lancet dalam laman resmi yang sebelumnya berisi hasil riset tersebut.

Tiga penulis studi menyatakan bahwa mereka telah meminta penilaian sejawat pihak ketiga yang independen untuk mengevaluasi asal elemen basis data, mengonfirmasik kelengkapan basis data, serta mereplikasi analisis yang disajikan dalam makalah.

"Peninjau sejawat independen kami memberi tahu bahwa Surgisphere tidak mengirimikan set data lengkap, kontak klien, dan laporan audit ISO secara penuh ke server mereka untuk analisis karena transfer tersebut akan melanggar perjanjian klien dan persyaratan kerahasiaan," kata mereka seperti dikutip dari New York Post.


Tak Hanya the Lancet

ilustrasi penelitian. (iStockphoto)

Basis data yang digunakan dalam penelitian ini disediakan oleh Surgisphere. Tidak hanya untuk studi di The Lancet, mereka juga digunakan untuk penelitian terkait COVID-19 lain yang dimuat di The New England Journal of Medicine (NEJM).

Dalam studi di NEJM, peneliti menyebut bahwa minum obat tekanan darah tertentu tidak meningkatkan risiko kematian pada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit. Namun, hasil temuan ini juga telah ditarik.


Sempat Membuat Studi Obat Dihentikan

Ilustrasi penelitian. (iStockphoto)

The Guardian melaporkan, bahwa perusahaan tersebut mengklaim memiliki data dari lebih dari seribu rumah sakit di seluruh dunia. Dalam investigasinya, media Inggris mengungkapkan bahwa beberapa karyawan di perusahaan tersebut merupakan penulis fiksi ilmiah dan model untuk konten dewasa.

CEO Surgisphere, Dr. Sapan Desai, juga dicatat sebagai penulis di makalah yang dimuat di The Lancet dan NEJM. Namun, mereka dinyatakan gagal menjelaskan data dan metodologinya secara memadai.

Studi yang dimuat di The Lancet tersebut sempat membuat World Health Organization menghentikan penelitian hidroksiklorokuin untuk pengobatan COVID-19. Namun beberapa waktu lalu, mereka mengizinkan penelitian terhadap obat tersebut untuk dilanjutkan.

Walau begitu, WHO menegaskan bahwa masih belum ada bukti obat tertentu yang dapat mengurangi risiko kematian akibat COVID-19.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya