Menko PMK: Tak Begitu Sulit untuk Mencapai Tes PCR 20 Ribu per Hari

Dia mengaku optimistis target yang dicanangkan presiden bisa segera tercapai.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 06 Jun 2020, 17:06 WIB
Menko PMK Muhadjir Effendy meminta pihak Kemsos dan Pemprov DKI bersinergi dalam hal pendataan penerima bantuan agar tak terulang kasus serupa dalam penyaluran bansos mendatang dalam Rapat Tingkat Menteri, Senin (4/5/2020). (Dok Kemenko PMK)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta jajarannya terus mempercepat penanganan Covid-19 di Indonesia. Untuk itu, dia meminta agar pengujian spesimen virus corona dengan metode polymerase chain reaction (PCR) ditingkatkan dan pelacakan dilakukan lebih agresif agar mencapai 20.000 per hari.

Menindaklanjuti perintah Presiden, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy melakukan rapat koordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan kementerian/lembaga terkait membahas strategi percepatan penanganan Covid-19.

Dia mengaku optimistis target yang dicanangkan presiden bisa segera tercapai. Melihat untuk saat ini pengujian spesimen sudah mencapai lebih dari 10.000 per hari. Bahkan menurutnya, untuk saat ini yang perlu disiapkan adalah untuk mencapai target 30.000 per hari.

"Kalau kita lihat untuk mencapai 20.000 tidak begitu sulit ya. Karena per tanggal 6 Mei itu sudah tercatat 13.333 tes yang bisa dilakukan. Sehingga ini saya kira bukan hal mustahil. Malah seharusnya kita bisa memikirkan bagaimana mencapai target 30.000," terang Menko PMK saat memberikan arahan dalam rapat koordinasi secara virtual, Sabtu (6/6/2020).

Percepatan pengujian spesimen, menurut dia, akan sukses dengan adanya relawan. Maka dari itu, Muhadjir menekankan agar Kemendikbud, Kemenkes, dan Kemenristek untuk bisa menggerakkan secara masif perekrutan relawan khususnya untuk tingkat S2 di bidang kesehatan masyarakat, keperawatan, dan mikrobiologi molekurel.

"Kalau ini bisa dilakukan saya optimistis," tuturnya.

Selain itu, menurut dia, proses tracking perlu diperbanyak. Hal tersebut perlu dilakukan agar bisa lebih terdeteksi kasus-kasus dan penyebarannya. Muhadjir juga meminta agar tim peneliti vaksin Covid-19 yang dibidangi oleh Kemenristek/BRIN terus dimotivasi dan didukung proses kerjanya agar bisa menghasilkan vaksin secara cepat demi kemandirian bangsa.

"Kalau kita bisa memotivasi mereka, mereka bisa bekerja dengan semangat dan syukur-syukur kalau kita bisa lebih duluan menemukan vaksin. Kalau kita gagal mempercepat penemuan vaksin pasar itu akan dijarah produsen luar negeri. Dan ini sangat bagus kalau kita hindari ruang itu," jelas Muhadjir.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Percepat Pengujian Spesimen

Dia meminta, untuk menyukseskan percepatan pengujian spesimen, harga dari alat swab tes untuk uji spesimen perlu seragam dan harus murah. Dia meminta kepada Kementerian Perdagangan agar bisa membuat regulasi terkait hal itu.

"Jadi tidak boleh ada persaingan terbuka. Karena ini adalah kita perang lawan covid dan jangan ada orang yang mengambil untung terlalu banyak," ungkap Muhadjir.

Kemudian, terkait tatanan kenormalan baru, menurut dia, gugus tugas dan kementerian/lembaga terkait perlu memberikan edukasi kepada masyarakat secara masif bahwa normal baru bukan berarti seenaknya saja.

Diberlakukannya kenormalan baru, menurut dia, bukan berarti kedaruratan nasional yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dicabut begitu saja. Menurut dia akan dilakukan penyempurnaan aturan agar masyarakat bisa lebih memahaminya.

"Padahal ketika mereka diberikan pengurangan pembatasan itu artinya PSBB masih berlaku yaitu PSBB minimal yang seperti tercantum dalam UU Kedaruratan Kesehatan pasal 49. Sehingga harus dipahami betul mengenai protokol kesehatan dasarnya," pungkasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya