Liputan6.com, Jakarta - Hati-hati saat mengunduh aplikasi di Android dalam perangkat mobile. Upstream, perusahaan keamanan perangkat mobile baru saja mengumumkan data terbaru tentang jumlah aplikasi Android berbahaya yang aktif selama kuartal 1 (Q1) 2020.
Dalam laporan itu, perusahaan mengidentifikasi ada lebih dari 29 ribu aplikasi Android berbahaya yang berisiko mampu menipu dan melancarkan serangan siber ke pengguna.
Advertisement
Dikutip dari laporan Upstream via Tech Radar, Jumat (5/6/2020), jumlah aplikasi Android berbahaya ini naik dua kali lipat dari jumlah yang tercatat di kuartal sama tahun lalu (hanya lebih dari 14.500).
Saat penyelidikan, tim peneliti menemukan hampir semua (90 persen) dari sepuluh aplikasi paling berbahaya masih ada di Google Play Store.
Ini menunjukkan, menurut Upstream, pelaku peretasan dan pembuat aplikasi berbahaya itu secara konsisten menemukan cara untuk mengelabui sistem keamanan Google.
Lebih lanjut, peningkatan drastis jumlah aplikasi Android berbahaya di Play Store ini berhubungan erat dengan efek pandemi virus corona Covid-19.
Komentar
Menurut Geoffrey Cleaves, pemimpin tim pengawas anti-penipuan di Upstream, kenaikan aplikasi Android berbahaya ini berkorelasi langsung dengan pengumuman lockdown beberapa area saat pandemi.
"Dengan sebagian besar dunia harus beraktivitas di dalam rumah, ada beberapa pihak jahat yang berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari situasi lockdown tersebut," ujarnya.
"Kami telah melihat peningkatan tajam pengembang yang menerbitkan aplikasi 'hiburan' di Google Play Store, yang mengelabui pengguna agar berlangganan layanan premium."
Perusahaan itu mengklaim, 6 dari 10 aplikasi paling berbahaya pada kuartal itu berada di bawah kategori "hiburan atai leisure".
Adapun kategori ini melingkup video dan audio, media berita, gim, dan aplikasi sosial.
Disadur dari: Kanal Tekno Liputan6.com (penulis Yuslianson, editor Iskandar, published 6/6/2020)
Advertisement