Liputan6.com, Jakarta - Badan Intelijen Negara (BIN) memperpanjang tes massal COVID-19 berupa rapid test dan swab selama sepekan ke depan di Surabaya, Jawa Timur.
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya Irvan Widyanto menuturkan, langkah ini dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di Surabaya.
"Sedangkan untuk lokasinya bakal diutamakan di wilayah pemukiman yang dinilai ada pandemi," ujar dia, seperti dikutip dari Antara, Minggu (7/6/2020).
Baca Juga
Advertisement
Dia menuturkan, ada 34 klaster pemukiman di Surabaya yang perlu dilakukan rapid test atau uji cepat massal. Dari pelaksanaan tes massal yang digelar BIN selama sembilan hari ini, Irvan menyebut sudah menjangkau di sebagian besar klaster pemukiman.
Oleh karena itu, lanjut dia, bagi warga yang hasil uji cepatnya dinyatakan reaktif, Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya langsung melakukan tracing atau pelacakan dan pendataan serta mengarahkan warga itu untuk isolasi mandiri.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Pemkot Surabaya Sediakan Hotel untuk Ruang Isolasi
Irvan menyebut jika kondisi rumahnya tidak layak untuk ruang isolasi, pemkot telah menyediakan tempat di hotel. Namun begitu, lanjut dia, jika rumahnya dalam kondisinya layak, mereka diminta untuk isolasi mandiri di rumah dengan pemantauan puskesmas setempat.
"Isolasi mandiri bukan hanya diawasi teman-teman pemerintah kota, TNI dan Polri, tapi sekarang diawasi juga warga sendiri dengan terbentuknya Kampung Wani Jogo Suroboyo," tutur dia.
Sementara itu, anggota BIN di Jatim yang enggan disebut namanya membenarkan jika tes massal COVID-19 diperpanjang sampai curva di Surabaya melandai.
"Untuk hari ini ada dua kegiatan tes massal digelar di Kecamatan Kenjeran dan depan kantor SCTV Jalan Patimura," kata dia.
Pelaksanaan rapid test massal COVID-19 di Kenjeran Surabaya pada Sabtu, 6 Juni 2020 diikuti ikuti 711 orang. Dari jumlah tersebut yang dinyatakan reaktif sekitar 152 orang (21,4 persen ).
Sedangkan rapid test di Teminal Bus Sunan Ampel Surabaya diikuti 835 orang dan yang dinyatakan reaktif sekitar 109 orang (13,1 persen).
Advertisement