Diburu 7 Tahun Lebih, Pemimpin Al Qaeda di Afrika Utara Tewas oleh Militer Prancis-AS

Pada 5 Juni 2020, Pemimpin Al Qaeda di Afrika Utara dilaporkan telah tewas dalam serangan gabungan militer Prancis-AS.

oleh Liputan6.comNatasha Khairunisa Amani diperbarui 08 Jun 2020, 13:29 WIB
Reruntuhan bekas serangan kekerasan berbau etnis di Mali tengah (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta- Pada Jumat 5 Juni 2020, Prancis mengatakan pasukan militernya membunuh pemimpin Al Qaeda Afrika Utara, Abdelmalek Droukdel, dalam operasi di Mali.

Abdelmalek Droukdel berhasil dibunuh setelah perburuan selama lebih dari tujuh tahun oleh diburu pasukan Prancis.

Menurut Komando Amerika Afrika (AFRICOM), operasi yang dipimpin Prancis untuk menewaskan Abdelmalek Droukdel itu dibantu oleh pasukan Amerika, yang memberi dukungan intelijen dan pemantauan untuk "mengincar sasaran".

Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (8/6/2020), pengumuman tentang kematian Abdelmalek Droukdel mengemuka setelah hampir enam bulan negara bekas koloni Prancis dan negara-negara regional menyatukan kekuatan militer di bawah satu struktur komando. Langkah yang diambil untuk berfokus memerangi militan terkait ISIS di wilayah perbatasan Niger, Mali dan Burkina Faso.


Militan Paling Berpengalaman

Pandangan dari udara menunjukkan bangunan yang hancur setelah serangan udara rezim di Kota Ariha, Idlib, Suriah, Rabu (15/1/2020). Serangan udara tersebut dilakukan di tengah gencatan senjata yang sedang berlangsung di Idlib. (Omar HAJ KADOUR/AFP)

Abdelmalek Droukdel disebut sebagai salah satu militan yang paling berpengalaman di Afrika Utara.

Ia ikut dalam pendudukan Mali utara, sebelum intervensi militer Prancis pada tahun 2013 mengusir mereka keluar dari sana dan para pejuang tersebar di seluruh wilayah Sahel.

Abdelmalek Droukdel diyakini bersembunyi di pegunungan Aljazair utara. Sampai tahun 2013, Al Qaeda Afrika Utara adalah kekuatan militan yang dominan di wilayah itu, yang telah melakukan beberapa serangan mematikan, sebelum akhirnya pecah ketika banyak militan berbondong-bondong beralih ke ISIS yang lebih ekstrem ketika merebut wilayah di Irak, Suriah dan Libya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya