Cek Fakta: Video Unjuk Rasa Mahasiswa yang Viral Bukan Terjadi pada Juni 2020

Beredar video unjuk rasa mahasiswa menuntut Presiden Jokowi mundur, diklaim terjadi baru-baru ini. Benarkah?

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 08 Jun 2020, 15:26 WIB
Gambar Tangkapan Layar Video Unjuk Rasa Mahasiswa

Liputan6.com, Jakarta - Video unjuk rasa mahasiswa menuntut Presiden Jokowi mundur beredar di media sosial. Video unjuk rasa tersebut diklaim terjadi pada Juni 2020.

Adalah akun Facebook Bandar Media yang mengunggah video tersebut. Dalam videonya, tampak barisan mahasiswa memenuhi sebuah jalanan. Mereka longmarch dengan mayoritas mengenakan jaket almamater warna hijau.

"JAKARTA-INDONESIA, terkini yel-yel Mahasiswa #JkwiTurun Semoga Allah SWT meRIDHOI NyaAamiiiin ya Allah ya Rabbal Alamiiin 🙏🕋🇮🇩💪💪🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩," tulis akun Facebook Bandar Media pada 2 Juni 2020.

Video yang disebarkan akun Facebook Bandar Media telah ditonton beberapa kali dan disebarkan oleh sejumlah warganet.


Penelusuran Fakta

Gambar Tangkapan Layar Penelusuran Gambar dengan Situs Yandex

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri video unjuk rasa mahasiswa yang diklaimn terjadi pada Juni 2020. Penelusuran dilakukan dengan mengunggah gambar tangkapan layar video tersebut ke situs pencari Yandex.

Hasilnya terdapat video serupa di situs berbagi video YouTube. Satu di antaranya diunggah Channel YouTube RBRJ Channel pada 25 September 2019 lalu.

Gambar Tangkapan Layar Video dari Channel YouTube RBRJ Channel

"Situasi demo mahasiswa pagi ini 25 September 2019," tulis Channel YouTube RBRJ Channel.

Penelusuran selanjutnya menggunakan situs pencari Google Search dengan memasukkan kata kunci "demo mahasiswa September 2019". Hasilnya terdapat beberapa artikel yang menjelaskan mengenai unjuk rasa atau demonstrasi yang digelar mahasiswa pada 2019 lalu.

Satu di antaranya artikel berjudul "2019 Tahunnya Aksi Massa: Mahasiswa-Pelajar Demo di Mana-mana" yang dimuat situs detik.com pada 31 Desember 2019.

Jakarta - Aksi Malari 1974, demonstrasi 1998 atau unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM tahun 2013 sudah lama berlalu. Ternyata mahasiswa kekinian masih mau turun ke jalan lagi. Tahun 2019 menjadi tahunnya aksi massa.

Mahasiswa dan pelajar menolak sederet Rancangan Undang-Undang (RUU) dan pelemahan KPK. Dua narasi itu mengemuka ke permukaan, tak terkecuali lewat tagar-tagar media sosial internet. Selain elemen mahasiswa dan pelajar, ada pula elemen lain yang ikut berdemonstrasi.

Demo mahasiswa tanggal 19 September 2019 termasuk aksi massa paling awal yang mengusung narasi penolakan sederet RUU dan RUU yang melemahkan KPK. Lokasinya di depan Kompleks Parlemen (Gedung DPR, MPR, dan DPD), Jl Jenderal Gatot Subroto, Jakarta. Mahasiswa yang tergabung dalam aksi ini di antaranya berasal dari ITB, Trisaksi, Unindra, Stiami, Universitas Paramadina, Universitas Tarumanegara, UPI, STMT Trisakti, dan UI.

23 September 2019, demonstrasi yang didukung oleh tagar-tagar di media sosial mulai menggejala. Yang paling mengemuka saat itu adalah aksi dengan tagar #GejayanMemangil di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

0Ada sejumlah lokasi yang menjadi titik kumpul para mahasiswa, di antaranya gerbang utama kampus Universitas Sanata Dharma, Bundaran UGM, dan titik-titik kumpul di masing-masing kampus. Titik kumpul pusat berada di Simpang Tiga Colombo, Gejayan, Sleman. Demo ini menandai gaya baru dalam berdemonstrasi yakni menggunakan tulisan-tulisan bernada kocak di tahun 2019.

Tuntutan mereka sangat serius, yakni mendesak adanya penundaan RKUHP, mendesak pemerintah dan DPR merevisi UU KPK yang baru saja disahkan, dan menolak segala bentuk pelemahan pemberantasan korupsi, menuntut elite-elite perusak lingkungan untuk diadili, menolak pasal-pasal bermasalah dalam RUU Ketenagakerjaan, menolak pasal-pasal problematis dalam RUU Pertanahan, mendesak pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, dan mendorong proses demokratisasi serta penghentian penangkapan aktivis. Demo ini berjalan aman sampai selesai.

Tagar-tagar demo terus berlanjut. Ada #BengawanMelawan yang mengiringi aksi mahasiswa di Gedung DPRD Surakarta Jawa Tengah, pada 24 September. Selain itu, ada tagar #SemarangMelawan, juga #ReformasiDikorupsi.

Di Jakarta, tepatnya di depan Gedung DPR, demonstrasi menjadi rusuh. Massa menjebol pagar DPR. Terjadi lempar-lemparan dan dorong-dorongan.

Ada gerakan Sumsel Bergerak di Palembang. Peserta demonstrasi adalah mahasiswa UIN Raden Fatah, Politeknik Sriwijaya, Universitas Muhammadiyah Palembang, dan kampus lain di Palembang. Mereka berdemo di DPRD Sumatera Selatan. Mereka semua menolak pengesahan sejumlah RUU dan menolak UU KPK. Di Makassar, demo di dekat Gedung DPRD Sulawesi Selatan menjadi ricuh.

Di Aceh, Aliansi Mahasiswa Pasee (AMP) melakukan unjuk rasa di depan gedung DPRK Lhokseumawe dan DPRK Aceh Utara. Mereka dari berbagai kampus di Aceh Utara dan Lhokseumawe ini menolak RUU yang tidak prorakyat dan menolak pelemahan KPK. Mereka juga mendesak pemerintah agar menangani masalah kabut asap yang bikin sengsara orang banyak.

Di Medan, demo mahasiswa menjadi rusuh. Barikade kawat berduri diterobos, massa mahasiswa ingin masuk ke DPRD Sumatera Utara, di Jl Imam Bonjol. Polisi menyemprotkan water cannon untuk menghalau demonstran.

 


Kesimpulan

Video unjuk rasa mahasiswa yang diklaim terjadi baru-baru ini ternyata tidak benar. Video tersebut merupakan peristiwa unjuk rasa mahasiswa yang terjadi pada September 2019 lalu.

Ketika itu, para pengunjuk rasa menuntut DPR dan pemerintah membatalkan revisi sejumlah Undang-undang. Di antaranya KUHP dan UU KPK.

Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya