Liputan6.com, Jakarta - Pandemi yang merebak di lebih dari 120 negara menyebabkan organisasi moneter dunia, IMF, dalam World economic outlook pada bulan April 2020 memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini akan tumbuh negatif sebesar 3 persen.
Begitupun dengan perdagangan dunia diperkirakan akan turun tajam menjadi negatif 11 persen. Bahkan WTO meramalkan perdagangan dunia akan terhempas sangat dalam yaitu antara negatif 13 persen sampai dengan negatif 32 persen.
Hal tersebut disampaikan oleh Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Srie Agustina, dalam web seminar (webinar) Trade Remedi di Masa Pandemi: Peluang dan Tantangan Senin (8/6/2020).
Baca Juga
Advertisement
Kendati begitu, Srie melihat neraca perdagangan Indonesia periode Januari-April 2020 masih tercatat surplus sebesar USD 2,24 juta.
“Ternyata surplus ini disumbang bahwa ekspor ke dunia mencapai USD 53,95 miliar, naik tipis sebanyak 0,44 persen YoY, namun impor mengalami penurunan 7,78 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya dengan total USD 51,71 miliar,” jelasnya.
Selanjutnya, Srie menambahkan bahwa impor bulan April 2020 menurun sebesar 6,1 persen dibanding bulan Maret, dari USD 13,4 miliar menjadi USD 12,5 miliar. Selain itu, dibanding tahun lalu, impor April 2020 menurun cukup dalam yakni -18,6 persen.
Sedangkan jika dilihat berdasarkan golongan penggunaan barang, impor Indonesia dari dunia selama periode Januari-April 2020 terdiri dari bahan baku dengan pangsa pasar sebesar 75,5 persen, barang modal dan konsumsi masing-masing dengan pangsa sebesar 15,1 persen dan 9,4 persen.
Impor Bahan Baku
Sementara, nilai impor bahan baku selama periode Januari-April 2020 mencapai USD 39,05 miliar, yakni turun 7,3 persen dibandingkan dengan periode Januari-April 2019.
Dan impor barang modal juga menurun 14,1 persen. Sedangkan nilai impor barang konsumsi tidak mengalami perubahan jika dibandingkan dengan Januari-Maret 2019.
“Dengan indikator penurunan impor bahan baku dan barang modal, ini perlu kita waspadai karena menujukkan bahwa pergerakan industri di negara kita tidak terlalu bergerak, dan kemungkinan terganggu,” ujarnya.
Namun demikian Indonesia senang karena dapat mengendalikan impor barang konsumsi, karena menurut Srie nilainya sejauh ini tidak mengalami peningkatan yang berarti dibanding tahun lalu.
Advertisement