Teknologi Pengenalan Wajah SAFR 2.0 Siap Bantu Korporasi Hadapi New Normal

Teknologi SAFR hanya memerlukan waktu 100 milidetik untuk dapat mengenali wajah orang

oleh M Hidayat diperbarui 08 Jun 2020, 15:00 WIB
Teknologi Pengelnalan Wajah SAFR 2.0 Siap Bantu Korporasi Hadapi New Normal. Kredit: SAFR

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir, mengenakan masker merupakan suatu keharusan bagi setiap orang. Hal ini dilakukan dalam rangka mencegah penularan Covid-19.

Namun, meski pandemi ini belum berakhir, beberapa negara termasuk Indonesia mulai menyambut era New Normal. Menanggapi hal itu, Realnetworks menawarkan solusi SAFR (Secure Accurate Facial Recognition) 2.0.

Solusi teknologi pengenalan wajah itu dapat membantu korporasi menghadapi era New Normal. SAFR 2.0 ditopang oleh Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang mampu mengetahui wajah orang yang mengenakan masker dengan akurasi tinggi.

"SAFR 2.0 dapat membantu pemantauan petugas di lapangan menjadi lebih efisien dan produktif. Misalnya, jika tertangkap oleh kamera CCTV ada orang yang tidak menggunakan masker, SAFR dapat mengirimkan peringatan melalui berbagai macam media seperti WhatsApp, Telegram atau media lainnya," ujar Ria Tanusendjaja, Senior Director di PT RealNetworks Indonesia melalui keterangan tertulis.


Hasil Pengujian NIST

Ilustrasi facial recognition, pengenalan wajah. Kredit: Teguhjatipras via Pixabay

Berdasarkan hasil pengujian National Institute of Standard and Technology (NIST), akurasi SAFR mencapai 99,87 persen.

Merujuk pada hasil tersebut, untuk kategori Wild Faces, SAFR hanya memerlukan waktu 100 milidetik untuk dapat mengenali wajah orang. Oleh sebab itu, perusahaan meyakini algoritma pengenalan wajah SAFR tercepat di dunia untuk saat ini.

Ria menyebut SAFR juga mampu mengenali wajah orang yang menggunakan topi, kacamata, bahkan orang yang menggunakan hijab sekalipun.

 


Fungsi lainnya

Tidak hanya itu, SAFR dapat dimanfaatkan untuk pengurangan kontak fisik dalam membantu pencegahan penyebaran Covid-19. Sebut saja, sebagai pengganti mesin pengecek kehadiran berbasis sidik jari dengan pengenalan wajah, serta alternatif untuk penggunaan kartu atau tombol pada pintu atau gerbang masuk.

Selain wajah, SAFR juga dapat dimanfaatkan untuk memantau objek manusia di suatu lokasi. Misalnya, jika SAFR mendeteksi jumlah orang di suatu lokasi melebih batas maksimal yang disarankan sesuai protokol kesehatan, SAFR dapat melakukan peringatan dan memberi tahu petugas terkait.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya