Liputan6.com, Jakarta - Aan Hardiansyah (33), seorang pekerja swasta berbagi pengalaman pertama masuk kantor naik KRL setelah hampir tiga bulan bekerja dari rumah alias work from home (WFH). Aan tinggal di kawasan BSD City, Tangerang, dan bekerja di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Di masa pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi ini, Aan mengaku kondisi di dalam gerbong KRLterlihat jauh berbeda di banding sebelum ada pandemi virus Corona Covid-19.
Advertisement
"Ramai, tapi enggak dempet-dempetan. (Hari) biasanya mah sudah enggak bisa gerak," ujar Aan, Senin (8/6/2020).
Aan mulai menuju stasiun Tebet sekitar pukul 17.00 WIB dan tiba setelah 10 menit kemudian. Dia mengaku hendak menuju stasiun Cisauk. Menurutnya, antrian yang akan masuk ke dalam gerbong menuju Cisauk tidak terlalu ramai. Tak seperti jalur sebelahnya yang menuju Bogor.
"Jalur satu arah Bogor, ramai (antrian)," kata dia.
Sebelum menuju Cisauk, dia harus transit terlebih dahulu di Stasiun Tanah Abang. Lantaran hanya transit, dia tak merasakan antrean yang terlihat mengular di Stasiun Tanah Abang.
"Kalau transit tak pakai antrean. Kalau gerbong sudah penuh pintu KRL langsung ditutup walau jadwalnya belum jalan. Yang antre di pintu masuk sebelum nge-tap kartu, sekalian cek suhu," kata dia.
Semua Pakai Masker
Terbukti, di dalam gerbong CommuterLine dari Tanah Abang hingga menuju Cisauk, Aan mengaku tak berdempetan dengan pengguna KRL lainnya. Menurutnya, semua pengguna menerapkan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah.
"Ramai (di dalam gerbong) tapi tetap bisa menjaga jarak. Semuanya juga pakai masker," kata dia.
Aan mengaku sedikit merasa aman dengan keadaan CommuterLine di masa PSBB transisi ini, meski rasa khawatir tertular corona Covid-19 tetap menghantuinya.
"Yang penting tetap jaga jarak aja. Saya juga selalu bawa hand sanitizer. Sama masker pastinya," kata dia.
Advertisement