Liputan6.com, Bandung - Sedikitnya 23 mal dan pusat perbelanjaan di Kota Bandung dinilai memenuhi syarat buka dengan memenuhi standar protokol kesehatan. Di sisi lain, tiga pasar tradisional ditutup lantaran ada empat pedagang terkonfirmasi positif virus Corona (Covid-19) usai tes massal.
Pemerintah Kota Bandung menilai mal dan pusat perbelanjaan di Kota Bandung telah siap kembali beroperasi. Hal itu diketahui setelah persiapan protokol kesehatan yang diikuti 24 mal dan pusat perbelanjaan. Dari jumlah tersebut, hanya satu yang belum memenuhi standar protokol kesehatan.
Advertisement
"Jika tenant tidak mematuhi protokol kesehatan, maka tenant tersebut akan ditutup. Dan jika yang melakukan kesalahan adalah manajemen mal, maka satu mal itu akan langsung kami tutup," ucap Wali Kota Bandung Oded M Danial di Balai Kota Bandung, Senin (8/6/2020).
Menurut Oded, sebagian mal dan pusat perbelanjaan telah menerapkan protokol kesehatan maksimum mulai dari pintu masuk, eskalator, lift, area tenant, hingga ruang ibadah. Setiap mal pun diwajibkan memiliki ruang isolasi. Sementara penyewa dan pengelola mal wajib mengikuti aturan ini jika ingin tempat usahanya beroperasi di masa pandemi.
Terkait tanggal pasti kapan pusat perbelanjaan bisa beroperasi, Oded belum bisa memastikan. Pihaknya ingin melihat hasil evaluasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) proporsional yang diberlakukan hingga 12 Juni mendatang. Jika kurva Covid-19 Kota Bandung membaik, pembukaan mal bisa jadi dilakukan.
"Kami akan tegas, karena berdasarkan arahan dari epidemiolog, sesungguhnya kita ini belum bisa melakukan relaksasi karena angka reproduksi Covid-19 belum memuaskan. Kita baru bisa relaksasi jika angka reproduksi di bawah angka 1 selama 14 hari," tutur Oded.
Adapun angka reproduksi di Kota Bandung per 4 Juni 2020 sudah mencapai angka 0,56. Namun, seiring ditemukannya kasus positif di kelompok pedagang pasar dan tenaga kesehatan, angka reproduksi kemungkinan naik meskipun masih di bawah 1. Ia pun belum bisa membuat kesimpulan karena kurva masih fluktuatif.
"Kita lihat setelah evaluasi PSBB proporsional 12 Juni nanti," kata Oded.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini
Tiga Pasar Ditutup
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung Rita Verita mengatakan, pihaknya telah mengetes secara agresif di tiga kelompok yang berisiko tinggi. Ketiganya yaitu kelompok tenaga kesehatan, kelompok pedagang pasar, dan kelompok ojek.
Hasilnya, berdasarkan pengetesan uji seka kepada 1.046 pegawai di 30 layanan puskesmas, sebanyak 27 orang di antaranya dinyatakan positif Covid-19. Mereka terdiri dari tenaga kesehatan dan pegawai lain termasuk satpam. Hal tersebut terjadi setelah pengetesan selama dua pekan terakhir.
"Mereka tidak semua terpapar di tempat kerja, ada juga yang di lingkungan rumahnya. Kebetulan ada satpam yang tetangganya positif Covid-19, kemudian terkonfirmasi," ujar Rita.
Selain tenaga kesehatan, kasus positif juga ditemukan di pasar tradisional. Sebanyak empat orang pedagang pasar dinyatakan positif terpapar Covid-19.
"Dari 1.044 pedagang di 43 pasar, 45 orang reaktif terhadap rapid test. Sudah ditindaklanjuti dengan swab. Hasilnya, empat orang dinyatakan positif," kata Rita.
Keempat orang tersebut terdiri dari satu orang pedagang Pasar Ciharugeulis, satu orang pedagang Pasar Sadang Serang, dan dua orang Pasar Leuwipanjang. Atas penemuan tersebut, PD Pasar Bermartabat langsung menutup di salah satu blok pasar tersebut.
“Saya tanya ke Direktur Pasar, apa sih kegiatan yang mereka lakukan? Begitu pagi-pagi datang ke pasar, dia di jongko itu saja tidak ke mana-mana karena melayani pembeli. Sehingga tentu saja blok itu saja yang ditutup, karena pasar itu luas,” ucap Rita.
Ke depan, pihaknya akan menguji kepada sejumlah pedagang pasar yang diduga berinteraksi intensif dengan pasien positif. Saat ini, para pedagang diminta untuk melakukan karantina mandiri.
Sementara itu, pelacakan terhadap ojek masih berlangsung. Hingga saat ini, Dinkes baru mengetes tiga pangkalan ojek di kawasan Jalan Muhamad Ramdan dan depan Puskesmas Pasundan.
"Baru tiga pangkalan. Dari 45 orang, ada 2 orang yang rapid-nya reaktif. Sudah ditindaklanjuti dengan swab dan sedang menunggu hasil," ujarnya.
Atas penemuan tersebut, Rita mengklaim bukan berarti ada penambahan klaster. Sebab jumlah kasus tidak signifikan kendati tetap perlu diwaspadai.
"Enggak lah, cuma empat orang kok klaster. Kalau satu pasar semuanya (baru namanya klaster). Apalagi ojol yang ditemukan cuma dua. Jadi tidak bisa disebut klaster, dan itu juga berdasarkan rapid test, bukan swab," dia menandaskan.
Advertisement