Liputan6.com, Palembang - Hidup sendiri tanpa tahu perkembangan dunia mewarnai hidup Roman. Kakek yang dijuluki manusia perahu ini, selama berpuluh tahun menghabisi hari-harinya, di tengah ombang-ambing arus Sungai Musi Palembang.
Selama 30 tahun terakhir, Roman bertahan hidup dari belas kasihan para warga di pinggiran Sungai Musi di Palembang. Bahkan, dia harus memancing ikan, untuk mengganjal perutnya.
Baca Juga
Advertisement
Kakek yang berusia sekitar 60 tahunan ini pun, hanya hidup sebatang kara dengan kondisi yang memprihatinkan. Tubuh roman terlihat kurus lunglai, hanya berbalut kulit yang membentuk tegas tulang di tubuhnya. Kedua kakinya pun mengalami kelumpuhan, sehingga tak mampu menopan beban tubuhnya.
Manusia perahu ini juga sudah tak mampu berkomunikasi secara lancar, terlebih pendengarannya sudah tak berfungsi secara normal.
Dengan tubuh gemetar, Roman hanya bisa duduk di atas kapal sembari menatap ke luar kapalnya dengan pandangan yang juga sudah kabur.
Namun dia cukup mawas diri, dengan menyiapkan senjata tajam (sajam) berupa golok, yang selalu berada di samping tubuh rentanya.
Informasi adanya manusia perahu di Sungai Musi ini, akhirnya terdengar oleh Wakil Wali Kota (Wawako) Palembang Fitrianti Agustinda.
Finda, sapaan akrabnya langsung bergerak mendatangi manusia perahu ini di pinggiran Pulau Kemarau Palembang, pada hari Senin (8/6/2020) siang.
Saat ditemui, raut wajah Roman pun tampak kebingungan. Tubuhnya bergetar semakin menjadi, saat satu orang tenaga medis menaiki kapalnya dan mendekati untuk mengecek kesehatannya.
Wawako Palembang mengatakan, dia sempat kaget karena adanya manusia perahu yang hidup sendirian terapung-apung di aliran Sungai Musi.
“Pak Roman sudah 30 tahunan hidup di atas perahu dan tidak pernah turun. Karena kondisi kakinya juga lumpuh. Untuk bertahan hidup, dia mendapat bantuan dari warga sekitar di Pulau Kemarau ini,” katanya.
Tidak hanya kondisi hidupnya yang serba keterbatasan, Roman juga tidak mempunyai identitas apapun. Baik Kartu Tanda Pengenal (KTP) maupun Kartu Keluarga (KK).
Latar belakang manusia perahu ini juga masih menjadi misteri. Karena Roman tidak bisa berkomunikasi sama sekali.
“Dari informasi warga, keluarga Roman berasal dari daerah dan biasa hidup berpindah-pindah di dalam perahu. Tapi kita tidak mengetahui lebih jelas, darimana asalnya,” ucapnya.
Saat akan dievakuasi ke daratan, Roman sempat menolak. Namun Wawako Palembang akhirnya bisa membujuknya dan membawa manusia perahu ini ke daratan.
Manusia perahu di Sungai Musi ini akhirnya langsung dibawa ke Rumah Sakit (RS) Bari Palembang, untuk mendapatkan perawatan intensif. Jika kondisinya sudah pulih, manusia perahu ini akan dipindahkan ke pusat karantina di Dinas Sosial (Dinsos) Palembang.
Simak video berikut:
Buat Identitas Baru
“Manusia perahu ini akan kita pindahkan ke Dinsos Palembang, agar dia bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak, asupan makanan bergizi dan bisa dikontrol kondisinya,” ucapnya.
Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang juga akan membuatkan identitas baru bagi Roman, dengan beralamatkan di pusat karantina Dinsos Palembang.
Wawako Palembang berharap, jika ada informasi terkait manusia perahu lainnya, harus segera melaporkan ke Pemkot Palembang.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang Fauzia menuturkan, kondisi Roman secara keseluruhan masih terlihat baik. Namun untuk kondisi kakinya yang lumpuh, kemungkinan karena ada gangguan saraf.
“Kalau lumpuh terlihat sudah lama, kemungkinan sudah dialami sejak usianya di bawah 20 tahunan. Sepertinya ada riwayat gangguan di saraf, kita belum tahu secara pasti,” ungkapnya.
Advertisement